Parah! Bursa Eropa Dibuka Anjlok Lebih dari 1%
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Eropa di sesi awal melemah pada perdagangan Senin (11/7/2022), di mana investor bersiap untuk rilis data ekonomi utama di Amerika Serikat (AS) pada pekan ini.
Indeks Stoxx 600 di awal sesi terkoreksi tajam 1,03% ke posisi 413,66di mana mayoritas saham berada di zona negatif kecuali saham emiten kesehatan dan utilitas.
Hal yang serupa terjadi pada indeks DAX Jerman anjlok 1,04% ke 12.880,32 dan indeks FTSE melemah 0,99% ke 7.124,82.
Namun, indeks CAC Prancis terkoreksi 1,09% ke posisi 5.967,22.
Saham dengan kinerja terburuk datang dari perusahaan energi asal Jerman Uniper yang anjlok 8,5% setelah perselisihan antara Jerman dan Finlandia mengenai biaya importir gas Uniper. Sementara itu, saham Dufry yang merupakan perusahaan perjalanan ritel asal Siwss, naik tajam hingga 6% setelah perusahaannya setuju untuk membeli katering bandara.
Terkoreksinya bursa saham Eropa hari ini terjadi setelah bursa saham berakhir lebih tinggi pada Jumat (8/7) karena investor masih mengevaluasi rilis data tenaga kerja yang lebih kuat dan menunjukkan bahwa krisis ekonomi belum tiba.
Meskipun, data tenaga kerja melaporkan kinerja yang baik, tapi hal tersebut berpotensi membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk melanjutkan keagresifannya untuk menaikkan suku bunga acuan di beberapa bulan selanjutnya untuk meredam inflasi yang tinggi.
Selain itu, rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) per Juni akan dirilis pada Rabu ((13/7) waktu setempat, disusul oleh musim rilis kinerja keuangan dari perbankan besar di AS.
IHK per Juni diprediksikan akan menunjukkan kenaikan ketimbang posisi di bulan sebelumnya di 8,6%.
Investor di Inggris masih akan mengamati perkembangan situasi politik yang tidak pasti setelah Perdana Menteri (PM) Boris Johnson mengundurkan diri pekan lalu. Johnson mengatakan akan tetap menjabat hingga pengantinya terpilih.
Bursa saham di Asia bergerak melemah, di mana indeks Hang Seng Hong Kong jatuh lebih dari 2% setelah berita melaporkan bahwa pemerintah China memberikan denda pada Tencent dan Alibaba.
Seperti yang diwartakan Reuters, bahwa China memberikan denda kepada beberapa perusahaan, termasuk perusahaan teknologi besar seperti Alibaba dan Tencent, karena tidak mematuhi aturan anti-monopoli terhadap transaksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)