
Sempat Tertekan, Kini Rupiah Berbalik Arah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Namun, berhasil membalikkan arah dan menguat hingga di pertengahan perdagangan Senin (11/7/2022). Apa pemicunya?
Melansir Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah terkoreksi tipis 0,03% ke Rp 14.980/US$. Kemudian, rupiah berhasil berbalik arah dan bergerak menguat 0,07% ke Rp 14.965/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Indeks dolar AS bergerak menguat 0,3% terhadap 6 mata uang dunia lainnya ke posisi 107,328. Penguatan dolar AS tersebut diprediksikan akan terus terjadi oleh analis.
Menurut analis di Barclays dalam sebuah catatan kepada klien, bahwa mereka menilai dolar AS bisa tetap mahal karena risiko seputar inflasi global yang meningkat.
Senada, ahli strategi mata uang National Australia Bank Rodrigo Catril juga menyerukan hal yang serupa bahwa langkah investor untuk menjauhi aset berisiko telah menopang keperkasaan dolar.
Investor global masih menunggu rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Rabu (13/7) waktu setempat yang akan menjadi tolak ukur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya antara 50 hingga 75 basis poin menjelang pertemuan pada 24-25 Juli.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini telah mengumumkan hasil Survei Penjualan Eceran per Mei 2022 yang diukur dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di 234,1.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), penjualan ritel memang terkontraksi atau tumbuh negatif 2,1% karena berakhirnya musim Ramadan-Idul Fitri. Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), tumbuh positif 2,9%.
Hal tersebut ditopang oleh penjualan Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, serta Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Untuk Juni, BI memperkirakan IPR di 229,1. Masih turun 2,1% secara bulanan, tetapi melesat 15,4% secara tahunan (yoy).
Rilis data ekonomi yang baik menjadi angin segar bagi pergerakan Mata Uang Garuda hari ini, sehingga mampu menguat meski tipis terhadap si greenback.
Tanda-tanda penguatan rupiah hari ini sudah terlihat pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF). Rupiah bergerak menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada Jumat (11/7). Namun, pada periode 1 pekan dan 1 bulan, rupiah masih berpotensi terkoreksi tipis terhadap dolar AS.
Periode | Kurs Jumat (8/7) pukul 15:13 WIB | Kurs Senin (11/7) pukul 11:05 WIB |
1 Pekan | Rp14.954,9 | Rp14.982,2 |
1 Bulan | Rp14.972,4 | Rp14.981,7 |
2 Bulan | Rp15.009,8 | Rp15.006,8 |
3 Bulan | Rp15.071,2 | Rp15.025,3 |
6 Bulan | Rp15.125,7 | Rp15.078,8 |
9 Bulan | Rp15.125,7 | Rp15.137,1 |
1 Tahun | Rp15.204,6 | Rp15.225,7 |
2 Tahun | Rp15.631,9 | Rp15.603,6 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer