Duh! Duo Minyak Mentah Kompak Merah Pekan Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia boleh saja menguat di akhir pekan. Namun dalam periode mingguan harga si emas hitam ambles.
Harga kontrak berjangka minyak Brent naik 2,3% menjadi US$ 107,02/barel sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 2% ke US$ 104,79/barel.
Kenaikan harga minyak mentah pada Jumat (8/7/2022) merespons data ketenagakerjaan AS yang lebih tinggi daripada ekspektasi pelaku pasar.
Namun jika ditarik mundur secara mingguan, harga minyak Brent drop 4,13% dan minyak WTI ambles 3,36%.
Pemicunya adalah kekhawatiran pelaku pasar akan terjadinya perlambatan ekonomi global. Harga minyak yang melesat sepanjang tahun ini membuat inflasi meningkat tajam dan mengancam perekonomian.
Untuk mencegah terjadinya kondisi yang disebut sebagai overheating, bank sentral global terutama otoritas moneter AS (The Fed) memilih untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Pengetatan moneter tersebut dikhawatirkan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi jika dilakukan secara agresif dan serempak sehingga juga memicu ekspektasi pelemahan permintaan minyak.
"Angka pekerjaan positif dari perspektif permintaan. Di sisi bearish, pasar khawatir bahwa jika pasar tenaga kerja kuat, The Fed bisa lebih agresif dengan menaikkan suku bunga." Kata Phil Flynn analis dari Price Futures Group.
Harga minyak melonjak selama paruh pertama 2022. Brent mendekati rekor tertinggi US$147 setelah Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada Februari lalu.
Perang yang berkecamuk di Eropa Timur tersebut menambah kekhawatiran pelaku pasar akan terjadinya supply shock mengingat Rusia merupakan salah satu produsen terbesar dunia.
Kendati risiko perlambatan ekonomi meningkat, tetapi harga minyak mentah masih betah di atas US$ 100/barel. Analis menilai bahwa harga minyak akan tetap tinggi tahun ini dengan risiko dari sisi suplai.
"Kekhawatiran ekonomi mungkin telah mengguncang harga minyak minggu ini, tetapi pasar masih memberikan sinyal bullish. Ini karena ketatnya pasokan lebih cenderung meningkat dari titik ini daripada mereda," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM, melansir Reuters.
Merespons adanya boikot minyak Rusia dari negara-negara Barat, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa sanksi lanjutan terhadap Moskow berisiko memicu kenaikan harga energi akan menjadi "bencana" bagi konsumen di seluruh dunia.
(trp/luc)