
Harga Terus Rekor, Emiten Produsen Minyak Dapat Hoki?

Jakarta, CNBC Indonesia - Operasi militer Rusia ke Ukraina sudah masuk pekan kedua. Konflik antara kedua negara turut menyeret harga minyak mentah dunia naik.
Harga minyak mintah dunia sudah tembus ke atas US$ 100/barel. Baik kontrak minyak Brent maupun West Texas Intermediate (WTI), keduanya bergerak di rentang tertinggi dalam 7 tahun.
Dalam sepekan terakhir, harga minyak mentah Brent naik 19,89% dan WTI naik 14,72%. Kisruh yang berpotensi meletus menjadi perang dunia ketiga ini membuat pasar khawatir produksi dan rantai pasok energi terganggu.
Sebagai informasi, Rusia merupakan salah satu produsen energi global. Negeri Beruang Merah masuk ke dalam keanggotaan organisasi eksportir minyak dunia (OPEC+) bersama Arab Saudi dan negara lain.
Produksi minyak Rusia setiap harinya tercatat sebesar 10,5 juta barel (bph) atau setara dengan 11% suplai global.
Jika perang terus berkepanjangan, produksi minyak bisa terganggu. Apalagi sekarang Rusia mendapatkan berbagai sanksi ekonomi dari negara-negara Barat (NATO).
Sanksi ekonomi yang dikenakan kepada Rusia dapat mengganggu sistem perbankan dan keuangan yang punya peran penting dalam pendanaan produksi maupun investasi migas di Rusia sehingga kalau produksi drop sementara permintaan masih tetap tinggi, alhasil harga terangkat.
Kenaikan harga minyak mentah dunia beserta gas akan memicu inflasi yang dalam satu tahun terakhir sudah menjadi problematic semakin sulit untuk dikendalikan.
Saat harga minyak di kisaran US$ 80/barel saja inflasi di AS tembus level tertinggi dalam 4 dekade. Negara-negara maju konsumen energi akan dirugikan dengan kenaikan harga minyak.
Sementara itu bagi negara eksportir komoditas yang tidak terlibat perang serta tidak mengalami masalah produksi hal ini justru menguntungkan.
Bagi Indonesia sebagai negara eksportir komoditas, kenaikan harga energi cenderung membawa berkah. Di pasar saham, kenaikan harga minyak mentah turut membuat harga saham-saham emiten migas turut terdongkrak.
Dalam sepekan terakhir indeks sektoral IDXENERGY berhasil menguat 10,10%. Hari ini indeks sektoral tersebut terpantau menguat 4%.
Saham-saham emiten migas pun naik 1% dan dalam sepekan melesat 5,62%. Hal ini menunjukkan pasar berspekulasi bahwa kenaikan harga minyak bisa menguntungkan emiten migas.
Saham | Market Cap (Rp T) | 1 Day | 1 Week |
MEDC | 16.72 | 1.53% | 18.75% |
ESSA | 11.98 | 2.68% | 18.60% |
ENRG | 4.39 | -0.56% | 4.12% |
SURE | 2.85 | 0.00% | -5.94% |
ELSA | 2.39 | 0.00% | 12.33% |
APEX | 1.84 | 0.00% | -2.13% |
MITI | 0.55 | 0.00% | -3.42% |
RUIS | 0.17 | 4.72% | 7.77% |
PKPK | 0.12 | 0.51% | 0.51% |
Sentimen cenderung bersifat temporer. Namun jika perang berkepanjangan dan tidak ada gangguan produksi di dalam negeri, maka katalis positif berupa kenaikan harga migas bisa membuat kinerja keuangan emitennya terdongkrak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000