China Rawan "Digembok" Lagi, Harga Tembaga Anjlok!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
08 July 2022 13:19
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia anjlok pada perdagangan hari ini karena kekhawatiran pembatasan mobilitas di China membuat permintaan logam turun.

Pada Jumat (8/7/2022) pukul 12:41 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.757,5/ton, turun 1,3% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Pembatasan mobilitas untuk menahan penularan virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) kemungkinan akan memperlambat laju proyek infrastruktur, kata para analis.

"Hambatan dari pembatasan Covid-19 tetap ada mengingat China masih menjalankan kebijakan nol-Covid," kata ekonom National Australia Bank Tapas Strickland.

Saat ini China masih melawan penyebaran virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang baru muncul termasuk di Shanghai. "Beberapa daerah China menghadapi wabah lokal dan infeksi telah muncul di tingkat masyarakat di Shanghai," kata pejabat kesehatan kota Zhao Dandan kepada wartawan, Rabu.

Namun, kekhawatiran bahwa penguncian lebih lanjut untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19 dapat mengekang aktivitas di ekonomi terbesar kedua di dunia membebani harga komoditas dunia seperti tembaga.

China adalah satu-satunya ekonomi utama yang menggali kebijakan "nol-COVID" yang bertujuan untuk segera memberantas semua wabah. Sehingga meskipun angka kasus kecil, lockdown bisa dilakukan.

Akibatnya prospek ekonomi China menjadi tidak pasti dan akan berpengaruh negatif terhadap permintaan tembaga. Permintaan turun, harga pun mengikuti.

China sendiri adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular