
Happy Weekend! IHSG Rehat di Jalur Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (8/7/2022). IHSG mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS) dan bursa Asia yang tengah berusaha untuk keluar dari bear market (zona penurunan).
IHSG dibuka menguat 0,69% di posisi 6.698,2 dan berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,82% atau 54,57 poin ke 6.707,16 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 6,2 triliun dengan melibatkan lebih dari 11 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah optimis berada di zona hijau. IHSG melanjutkan penguatan dan berhasil kembali ke level 6.700 setelah berhasil melesat 1,03% di 6.720,08. pada pukul 09:30 WIB.
Seiring berjalannya perdagangan IHSG melanjutkan penguatan dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama. Level terendah berada di 6.683,65 sesaat setelah perdagangan dibuka dan level tertinggi berada di 6.727,17 sekitar pukul 09:40 WIB. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 294 unit, sedangkan 194 unit lainnya melemah dan 173 sisanya stagnan.
Pergerakan IHSG sesi I siang ini mengekor bursa Asia-Pasifik dan bursa saham AS yang cenderung bergairah. Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin waktu setempat, jelang rilis data tenaga kerja yang menjadi salah satu indikator penting kesehatan ekonomi AS.
Pasar saham menguat setelah rilis pertemuan The Fed di Juni yang menunjukkan bahwa mereka sungguh-sungguh bertekad untuk meredam inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 hingga 75 basis poin (bp) pada pertemuan selanjutnya 26-27 Juli.
Meski mampu menguat, isu resesi dunia masih akan terus menghantui pasar finansial global termasuk Indonesia. Potensi resesi yang terjadi di AS juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pelaku pasar sehingga membuat aset-aset berisiko dihindari.
Banyak investor merasa sulit mempercayai kenaikan tersebut karena kekhawatiran terhadap resesi terus membayangi Wall Street. Pelaku pasar memprediksikan bahwa musim rilis kinerja keuangan akan bergejolak bulan ini.
"Jadi, saya pikir kita masih memiliki musim panas ini untuk mengawasi apa yang dilakukan The Fed dan mengawasi apa yang terjadi pada kebijakan internasional untuk melihat arah inflasi," tutur Direktur Pelaksana UBS Private Wealth Management Alli McCartney dikutipCNBC International.
Semalam yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun dan 10 tahun mengalami pembalikan atau inversi. Fenomena ini sering dinilai sebagai indikator kuat bahwa ekonomi AS akan melemah atau menuju resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000