
Hingga Tengah Hari Jelang Weekend, Rupiah Masih Kuat Nanjak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil mempertahankan penguatannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Jumat (8/7/2022). Terkoreksinya dolar AS di pasar spot, membantu laju Mata Uang Garuda.
Melansir Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah terapresiasi 0,13% ke Rp 14.975/US$. Kemudian, rupiah memangkas tipis penguatannya menjadi 0,09% ke Rp 14.982/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Penguatan rupiah hari ini terbantu oleh terkoreksinya indeks dolar AS di pasar spot, meski tipis saja. Indeks dolar AS yang mengukur pergerakan dolar AS terhadap 6 mata uang dunia lainnya, terpantau melemah 0,04% ke posisi 107,09. Meski begitu, dolar AS masih berada dekat dengan rekor tertingginya selama dua dekade di 107,13.
Selain itu, Indonesia ditopang oleh rilis data ekonomi yang terbilang baik. Bank Indonesia (BI) pada Kamis (7/7) melaporkan cadangan devisa per Juni berada di US$ 136,4 miliar yang naik US$ 0,8 miliar ketimbang bulan sebelumnya di US$ 135,6 miliar.
Angka tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Juga di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Tidak hanya itu, BI hari ini juga merilis hasil survei konsumen, di mana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per Juni berada di 128,2, turun tipis dari 128,9 di bulan sebelumnya.
"Keyakinan konsumen yang tetap terjaga tersebut ditopang oleh menguatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan terutama terhadap penghasilan dan lapangan kerja," tulis keterangan resmi bank sentral, Jumat (8/7/2022).
Secara triwulanan, rata-rata IKK meningkat. Rata-rata IKK triwulan II 2022 sebesar 123,4 dari 114,6 pada triwulan I 2022.
Sementara itu, di Negeri Paman Sam, dua pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang paling hawkish yakni Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed St. Louis James Bullard kembali memberikan pernyataannya kemarin bahwa mereka mendukung kenaikan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bps) lagi pada akhir bulan ini dan memprediksikan penurunan pada kenaikan suku bunga di bulan setelahnya.
"Saya jelas mendukung untuk melakukan kenaikan 75 basis poin lagi pada Juli," kata Gubernur Fed Christopher Waller selama diskusi dengan National Association for Business Economics dikutip Reuters.
"Mungkin 50 basis poin pada bulan September," tambah Waller, "dan kemudian setelah itu kita dapat berdebat apakah akan kembali ke 25 basis poin atau jika inflasi tampaknya tidak turun, kita harus berbuat lebih banyak."
Pada acara terpisah di Arkansas, Bullard juga menyerukan kenaikan 75 bps pada pertemuan berikutnya di 26-27 Juli.
Jika terjadi, maka langkah tersebut akan membawa suku bunga kebijakan ke kisaran 2,25-2,5%, sekitar satu persen lebih rendah dari level target 3,5% di akhir tahun.
Sebelumnya, pasar telah cemas mengenai keagresifan The Fed untuk menjinakkan inflasi hingga membuat prospek ekonomi AS menjadi suram dan mendorong ke jurang resesi.
Namun, Waller mengatakan bahwa risiko perlambatan ekonomi mungkin saja terjadi tapi pasar tenaga kerja AS masih kuat, sehingga potensinya perlambatan ekonomi tidak signifikan.
Menurutnya, dengan menaikkan suku bunga ke tingkat 3% atau sedikit lebih tinggi tidak akan mengirim tingkat pengangguran yang saat ini berada di 3,6% ke sesuatu yang dramatis seperti ke level 6% atau lebih.
Tampaknya, hal tersebut direspons positif oleh pasar, di mana bursa saham AS berakhir lebih tinggi. Ketiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup di zona hijau dengan kenaikan lebih dari 1%.
Sementara itu, investor global masih menunggu rilis data ekonomi utama seperti data tenaga kerja AS yang sering dijadikan tolok ukur The Fed sebelum menentukan arah kebijakan moneternya.
Jika melihat ke pasar Non-Deliverable Forward (NDF), tanda-tanda rupiah akan menguat sudah terlihat. Rupiah bergerak menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada Kamis (7/7).
Periode | Kurs Kamis (7/7) pukul 15:03 WIB | Kurs Jumat (8/7) pukul 11:06 WIB |
1 Pekan | Rp14.993,0 | Rp14.968,2 |
1 Bulan | Rp15.011,0 | Rp14.985,8 |
2 Bulan | Rp15.018,0 | Rp15.004,5 |
3 Bulan | Rp15.039,0 | Rp15.023,8 |
6 Bulan | Rp15.095,0 | Rp15.081,6 |
9 Bulan | Rp15.153,0 | Rp15.137,0 |
1 Tahun | Rp15.220,2 | Rp15.217,8 |
2 Tahun | Rp15.643,0 | Rp15.623,9 |
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Gagal Menguat, Masih di Atas Rp 15.000/US$
