Bos Sawit Sumringah! Harga CPO Melesat 2 Hari Beruntun!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
08 July 2022 09:42
FILE PHOTO: A worker collects palm oil fruit inside a palm oil factory in Sepang, outside Kuala Lumpur in this June 18, 2014 file photo.  REUTERS/Samsul Said
Foto: REUTERS/Samsul Said

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melesat tajam di sesi awal perdagangan pada Jumat (8/7/2022), melanjutkan relinya pada hari sebelumnya yang naik hampir 2%. 

Mengacu pada data Refinitiv, pukul 08:10 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 4.288/ton atau melesat 3,57%.

Namun, harga CPO masih drop 8,92% di sepanjang pekan ini dan anjlok 30,95% secara bulanan. Meskipun, masih membukukan kenaikan 10,17% secara tahunan.

Minyak sawit berjangka Malaysia pada Kamis (7/7) berakhir naik tajam 1,97% ke MYR 4.140/ton (US$934,25/ton), menghentikan penurunannya selama empat hari beruntun, meskipun kekhawatiran terhadap resesi global masih membatasi kenaikan harga CPO.

Di sesi awal perdagangan, harga CPO sempat anjlok 4,8% tertekan oleh kekhawatiran permintaan yang lebih sedikit terhadap CPO Malaysia karena produsen utama CPO dunia yakni Indonesia meningkatkan volume ekspornya tujuh kali lipat.

Pada Kamis (7/7), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk memotong pungutan ekspor minyak sawit untuk mendorong lebih banyak pengiriman ekspor.

Menurutnya, pemerintah perlu melakukan upaya ekstra untuk segera memangkas persediaan dalam negeri dan menopang harga Tandan Buah Segar (TBS) yang sempat anjlok karena larangan ekspor CPO Indonesia pada akhir Mei lalu.

"Agar pengiriman bisa mengalir, kita mungkin harus menurunkan pungutan ekspor untuk memberikan insentif bagi pelaku usaha untuk mengekspor," kata Luhut.

Seperti yang diketahui, Indonesia telah memotong pungutan ekspor maksimum US$200 per ton untuk bulan Juli dari US$375 per ton, dan berencana akan menaikkan hingga US$240 per ton pada bulan Agustus.

Kementerian Perdagangan Indonesia juga mempertimbangkan untuk menetapkan harga referensi ekspor setiap dua minggu, bukan bulanan, sehingga lebih mencerminkan harga internasional yang cepat berubah.

Pemerintah menetapkan harga acuan berdasarkan harga minyak sawit di Indonesia, Malaysia dan Eropa dan menggunakannya untuk menentukan besaran pajak ekspor.

Tidak hanya itu, Luhut Pandjaitan memperkirakan tambahan 2,5 juta ton minyak sawit dapat diserap oleh pasar domestik jika negara menaikkan jumlah minyak sawit dalam campuran biodieselnya menjadi 40% (B40). Selanjutnya, biodiesel tersebut dapat juga diekspor ke luar negeri.

Saat ini, Indonesia masih menggunakan sebanyak 30% campuran minyak sawit dalam biodiesel.

Selain itu, ringgit melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga membuat harga minyak sawit lebih murah bagi pemegang mata uang asing.

Kepala Strategi Perdagangan Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagarajan mengatakan bahwa harga minyak sawit yang turun dapat mendorong permintaan atau short covering. Dia juga memprediksikan harga CPO berpotensi akan meningkat kembali dalam beberapa hari mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malaysia Diterpa Krisis, Harga CPO Terkoreksi Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular