Bos OJK Sebut Ini Pemicu Kejatuhan IHSG Dari Level 7.000
Jakarta, CNBC Indonesia - Drama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum berakhir. Setidaknya selama dua pekan terakhir, indeks semakin menjauhi level psikologis 7.000.
IHSG bahkan telah mengakumulasi penurunan 7,18% hanya dalam kurun satu bulan terakhir. Sehingga, akumulasi kenaikan IHSG sejak awal tahun hanya tersisa 1,30%.
Wimboh Santoso - Ketua Dewan Komisioner OJK mengatakan perekonomian dunia tengah menghadapi episode baru terkait dengan normalisasi kebijakan fiskal dan moneter di Amerika Serikat (AS) dengan The Fed menaikan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 1,5% - 1,75%, terganggunya global supply chain akibat konflik Rusia dan Ukraina, serta hyperinflation di beberapa negara seperti Turki (78,6%) dan Argentina (58%).
"Kondisi ini berimbas kepada perekonomian domestik yang juga masih diwarnai dengan meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa daerah. Di perekonomian domestik, inflasi bulan Juni-22 berada pada level 4,35% secara tahunan (yoy) yang tertinggi sejak bulan Juni 2017. Di tengah kenaikan inflasi tersebut, PMI Manufaktur Indonesia per Juni tahun ini juga turun ke level 50, meskipun dalam zona ekspansi," ungkap Wimboh Kamis (7/7/2022).
Dari sektor keuangan sendiri, stabilitas sektor keuangan masih terjaga stabil dan berada dalam tren yang positif. Pada tanggal 21 April 2022, Indeks Harga Saham Gabungan menyentuh level tertinggi di level 7.276,19 dan kemudian terkoreksi per 6 Juli 2022 di level 6.646 yang disebabkan oleh ketidakpastian perekonomian global dan normalisasi kebijakan fiskal dan moneter di AS.
Kredit perbankan tumbuh sebesar 9,03% yoy atau setara 4,23% sejak awal tahun (ytd) di bulan Mei 2022, dengan industri perbankan masih memiliki ruang yang luas untuk melakukan ekspansi dengan rasio kecukupan modal per Mei-22 tercatat meningkat di level 24,74%. Profil risiko perbankan juga masih berada di bawah threshold yaitu 3,04%.
Sektor Industri Keuangan Non-Bank juga terus melanjutkan tren positifnya, Sektor asuransi dan lembaga pembiayaan tumbuh di bulan Mei 2022. Premi asuransi umum tumbuh 15,12% yoy dan premi asuransi jiwa mencatatkan pertumbuhan sebesar -4,11% yoy, sementara nominal piutang pembiayaan per Mei 2022 tercatat sebesar Rp379 T dengan pertumbuhan sebesar 4,5% yoy.
"Meskipun kondisi perekonomian dan sektor keuangan Indonesia berada dalam tren pertumbuhan, potensi spillover kepada sektor keuangan masih harus terus diwaspadai dan tidak boleh dianggap enteng karena ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut terutama konflik Rusia dan Ukraina yang masih belum jelas kapan berakhirnya," pungkas Wimboh.
(RCI/dhf)