IHSG & Rupiah Anjlok, Ada Apa dengan Ekonomi RI?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
07 July 2022 10:55
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan tanah air bergejolak dalam beberapa waktu terakhir. Dana asing ramai-ramai kabur tinggalkan Indonesia, sehingga saham maupun rupiah sama-sama jeblok.

Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata mengungkapkan persoalan ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Pasar keuangan global juga alami hal yang sama dikarenakan beberapa hal. Terutama akibat ancaman resesi Amerika Serikat (AS) dan dunia.

"Ini persoalannya terjadi secara global," ungkapnya kepada CNBC Indonesia. Sehingga dana asing, tidak cuma dari Indonesia beranjak pergi menuju dolar AS maupun US Treasury.

Indonesia sendiri cukup baik secara fundamental ekonomi. Terlihat dari perekonomian yang tetap tumbuh sekitar 5%, transaksi berjalan yang surplus dan inflasi yang masih terkendali.

Enrico Tanuwidjaja, Head Economic and Research UOB Indonesia memandang masih ada penguatan dolar AS saat ini, karena kebijakan The Fed saat ini baru setengah jalan. Dolar AS masih akan berlanjut menguat hingga 3-4 bulan ke depan.

"Kemungkinan-kemungkinan rupiah melemah karena dolar yang menguat," jelas Enrico saat dihubungi CNBC Indonesia.

Bank Indonesia (BI) selaku penjaga moneter, dinilai telah memberikan respon yang sangat baik dalam menjaga volatilitas pergerakan rupiah. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga tekanan dari faktor eksternal.

Sementara harga komoditas yang masih tinggi, namun perlahan mulai menunjukkan pembalikan tren ke level yang lebih rendah dibandingkan 2-3 bulan sebelumnya. Sehingga harus melihat kecenderungan current account surplus yang mungkin bisa terjadi hingga Kuartal III-2022.

Oleh karena itu, dolar AS diperkirakan masih akan menguat dan rupiah masih akan dibayangi pelemahan. Hingga akhir tahun, level rupiah diperkirakan akan menyentuh level Rp 15.100/US$.

"Kita masih melihat mungkin tiga bulan penguatan dolar, pelemahan rupiah masih ada. Setelahnya baru stabil di Kuartal IV-2022, dengan catatan perbedaan imbal hasil masih positif untuk Indonesia," jelas Enrico.

"Salah satunya bisa dicapai dengan menaikan suku bunga acuan BI terhadap The Fed, sehingga perbedaan imbal hasil masih positif. Kalau level, kita prediksi di akhir tahun bertengger Rp 15.100/US$," kata Enrico lagi.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular