Kapan Sih Terakhir Kali Dolar AS Pernah Tembus Rp15.000?

Redaksi, CNBC Indonesia
07 July 2022 08:40
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah dan begitu juga mata uang negara lainnya seperti tidak berdaya melawan gempuran dolar Amerika Serikat (AS). Kini dolar AS sudah berhasil menembus level Rp 15.000.

Situasi ini merupakan pertama kali terjadi sejak Mei 2020. Kala itu dunia sedang dilanda krisis akibat pandemi covid-19. Persoalan kesehatan mengguncang pasar keuangan sebab mengakibatkan kelumpuhan di perekonomian dunia.

Berjalannya waktu, pandemi covid-19 mulai bisa dikendalikan, gejolak pun akhirnya mereda. Rupiah kembali pada tren penguatan. Ditambah harga komoditas Internasional melonjak, seperti batu bara, nikel, bauksit hingga minyak kelapa sawit. Sehingga pasokan valuta asing di pasar keuangan dalam negeri melimpah.

Namun belakangan, gejolak kembali terjadi seiring kekhawatiran dunia pada berbagai persoalan baru. Terparah adalah ancaman resesi dunia yang dimungkinkan terjadi dalam waktu dekat. Pasar keuangan pun kembali tergoncang.

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto saat menjawab pertanyaan CNBC Indonesia, Rabu (6/7/2022).

Edi menuturkan, kondisi ini berasal ketidakpastian perekonomian global yang semakin tinggi. Pelaku pasar, menurutnya khawatir dunia akan masuk ke resesi. AS dan sederet negara kini sudah hadapi lonjakan inflasi.

"Pasar global khawatir akan terjadinya perlambatan lebih jauh atas ekonomi global bahkan khawatir bisa masuk ke kondisi resesi, khususnya ekonomi AS dimana data yang terkini sepertinya mendukung terhadap kekhawatiran tersebut," jelasnya.

Sehingga opsi yang dipilih adalah mengamankan modal ke tempat yang dianggap paling aman, adalah dolar AS dan US Treasury. Maka dari itu penguatan dolar AS kini sudah mencapai level tertinggi sejak 20 tahun terakhir.

"Artinya dari pergerakan nilai tukar, banyak mata uang non USD khususnya mata uang EM (Emerging Market) mengalami pelemahan, tentunya termasuk Rupiah," paparnya.

Akan tetapi, Edi menyampaikan, posisi rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang Thailand, Malaysia, Filipina, India, dan Korea Selatan.

BI akan selalu berada di pasar, memastikan rupiah bergerak stabil. Ada beragam intervensi yang bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Meskipun hingga saat ini kebutuhan valuta asing sudah dipenuhi oleh eksportir.

"BI memastikan ada di pasar melalui triple intervention agar supaya mekanisme pasar dapat bekerja dg baik melalui menjaga keseimbangan supply - demand valas di market," ujarnya

"BI menjaga kondisi likuiditas Rupiah dalam level yang optimal," tegas Edi.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular