Duh! The Fed Bisa Makin Agresif, Rupiah Apa Kabar?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 July 2022 08:19
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 7 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin, bahkan sempat menembus Rp 15.000/US$ untuk pertama kalinya sejak Mei 2020.

Melansir data Refinitiv, rupiah kemarin mengakhiri perdagangan di Rp 14.995/US$, melemah 0,07% saja. Meski demikian, rupiah pada perdagangan Kamis (7/6/2022) berisiko kembali ke atas Rp 15.000/US$, melihat indeks dolar AS yang kembali melesat.

Pada perdagangan Rabu indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut naik 0,53% ke atas 107, menyentuh level tertinggi 20 tahun yang baru. Kenaikan tersebut terjadi pasca rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).

Tingginya inflasi membuat The Fed sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Seperti diketahui pada bulan lalu The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak 1994, dan di bulan ini akan kembali menaikkan sekitar 50 - 75 basis poin. Hal itu ditegaskan dalam rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed dini hari tadi.

Bahkan, dalam notula tersebut tersurat The Fed bisa mengambil kebijakan lebih agresif lagi jika tekanan inflasi belum mereda.

"Para anggota dewan setuju bahwa prospek ekonomi memerlukan kebijakan yang ketat, dan mereka mengakui kebijakan yang lebih ketat lagi akan tepat diambil jika tekanan inflasi yang tinggi terus berlanjut," tulis notula tersebut sebagaimana dilansir CNBC International.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan melihat rupiah kemarin melemah tipis. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sejak 15 Juni lalu menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah sampai saat ini masih berada di atas Rp 14.730/US$, yang memberikan tekanan semakin besar.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Resisten terdekat berada di kisaran Rp 15.000/US$ yang juga merupakan level psikologis. Jika ditembus, rupiah tentunya akan melemah lebih jauh. Rp Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50% akan menjadi resisten kuat selanjutnya yang bisa menahan pelemahan rupiah.

Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 15.000/US$, rupiah berpeluang menguat melihat indikator Stochastic pada grafik harian kini bergerak naik dan mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli memberikan peluang penguatan rupiah. Apalagi, stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian sudah berada di dekat wilayah jenuh beli, sehingga ruang penguatan rupiah menjadi lebih besar.

Support berada di kisaran Rp 14.970/US$, jika ditembus rupiah berpeluang ke ke Rp 14.950/US$ hingga Rp 14.930/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular