Bergerak Liar, Dolar Singapura Dekati Lagi Rp 10.700

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 07/07/2022 15:00 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura bergerak liar melawan melawan rupiah pada perdagangan Kamis (7/7/2022) Pagi tadi sempat melemah cukup tajam, dolar Singapura kemudian berbalik naik siang ini, mendekati lagi Rp 10.700/US$.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 12:58 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.693/SG$, menguat 0,23% di pasar spot. Sementara pagi tadi sempat turun 0,22%.

Meski demikian, jika melihat ke belakang, sudah 3 pekan dolar Singapura bergerak naik turun di kisaran Rp 10.650 - Rp 10.750/SG$.


Dari dalam negeri, rilis cadangan devisa mempengaruhi pergerakan rupiah.

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir bulan lalu berada di US$ 136,4 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 135,6 miliar.

Cadangan devisa merupakan "amunisi" bagi BI untuk melakukan intervensi terhadap pergerakan rupiah jika mengalami tekanan yang besar. BI memiliki kebijakan triple intervention, yakni intervensi di pasar spot, obligasi, dan domestic non-deliverable forward (NDF).

Saat tekanan rupiah besar, cadangan devisa Indonesia justru mengalami peningkatan. Tetapi bukan berarti Bank Indonesia tidak melakukan intervensi. Sebab, kenaikan cadangan devisa bulan lalu karena penerbitan global bond pemerintah.

"Peningkatan posisi cadangan devisa pada Juni 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," sebut keterangan tertulis BI.

Sementara itu data dari Singapura juga masih mempengaruhi mata uangnnya.

S&P Global melaporkan purchasing managers index (PMI) turun menjadi 57,5 di Juni, dari sebelumnya 59,4.PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sedangkan di atasnya ekspansi.

Ekspansi sektor manufaktur Singapura memang melambat, tetapi masih cukup jauh dari 50, dibandingkan Indonesia periode di 50,2, nyaris mengalami kontraksi.
Selain itu, Biro Statistik Singapura melaporkan penjualan ritel Mei melesat 17,8% year-on-year (yoy) menjadi yang tertinggi dalam satu tahun terakhir.

Di luar kendaraan bermotor, penjualan ritel Singapura bahkan melesat 22,6%.

Para analis memperkirakan pertumbuhan penjualan ritel masih akan terus berlanjut, tetapi secara moderat akibat tingginya inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor