
Ini Bukti UMKM Kebal Meski Suku Bunga Naik Jadi 5% Sekalipun

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi perekonomian global saat ini sedang bergejolak sebagai imbas dari pasca pandemi Covid-19 dan perang antar negara Rusia dan Ukraina. Bank sentral di berbagai dunia juga menaikkan suku bunganya demi menjaga perekonomian negaranya masing-masing, termasuk The Fed yang akan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sekitar 3,25%.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) merespon, kalau pun Bank Indonesia nanti memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia Reverse Repo Rate (BI7DRR), sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih akan tetap kuat. "Kami optimistis, UMKM akan jauh dari episentrum 'gempa' yang berasal dari eksternal," ujarnya dikutip Kamis (7/7/2022).
"Saya kembali lagi karena BRI fokusnya di UMKM. Saya katakan untuk merespon tantangan yang terutama datang dari eksternal atau global, rasanya BRI dengan fokusnya pada UMKM akan jauh dari episentrum permasalahan ini," sambungnya
Sunarso menjelaskan, mahal atau murahnya bunga kredit bukan perhatian utama sektor UMKM. Selama ini, UMKM lebih membutuhkan pelayanan kredit yang cepat dan mudah dari perbankan dibandingkan suku bunga bank. Sehingga, meskipun suku bunga acuan naik jadi 5% sekalipun, pelaku UMKM kebal.
"UMKM itu selama ini lebih membutuhkan kecepatan dan kemudahan daripada harga. Karena untuk kredit Rp 5 juta suku bunga 15% dengan suku bunga 20%kalau diangsur bulanan atau mingguan nggak jauh beda," ungkapnya.
Terlebih, lanjut Sunarso, jika pemerintah membantu sektor UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional diberikan insentif melalui subsidi. Sehingga, meski suku bunga naik sekalipun, permintaan kredit UMKM akan tetap ada.
"Syukur kalau pemerintah itu memberikan subsidi, jadi cepat, mudah, murah. Nah murahnya itu bisa dibantu dari pemerintah. Tapi, kan, kita harus berhitung fiskal kita kuat atau nggak kalau terus-terusan," ucapnya.
Seandainya tanpa ada subsidi sekalipun, kata Sunarso, sektor UMKM juga akan tetap tumbuh karena perbankan tentunya akan mengupayakan agar penyaluran kredit tetap terjaga.
"Seandainya tidak ada subsidi saya masih optimis bahwa UMKM kita bisa tetap tumbuh, tetap sustain, karena bank juga akan berpikir untuk bagaimana memurahkan suku bunga kredit dengan mengompensasi dengan efisiensi di biaya operasional melalui digitalisasi dengan lain-lain," jelasnya.
Dengan demikian, Sunarso menegaskan, permintaan kredit UMKM akan terus ada yang akan mendorong perekonomian nasional. "Katakanlah suku bunga naik 2 persen maka saya yakin kalau demand nya ada, ekonomi mulai tumbuh, kemudian orang tidak nganggur maka kenaikan 2% itu tidak mengganggu kinerja UMKM," imbuhnya.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesan Sri Mulyani: UMKM Diberdayakan, Jangan Diperdayakan