
Bisnis UMKM Diproyeksi Melaju & Tangguh di Tengah Isu Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia -Kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik pasca pandemi membuat pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terus bergeliat. Hal tersebut tercermin dari aktivitas bisnis UMKM pada kuartal IV-2022 yang semakin meningkat, dimana Indeks Bisnis UMKMĀ naik dari 103,2 (Q3-2022) menjadi 105,9 (Q4-2022).
Peningkatan ini ditopang oleh beberapa faktor yaitu aktivitas masyarakat di luar rumah, pemberlakuan kembali PTM (pembelajaran tatap muka) dan WFO (Work From Office).
Selain itu, pada Q4-2022 juga banyak proyek pemerintah yang perlu selesai sebelum tutup buku di akhir tahun, sehingga memberikan peluang usaha bagi pelaku UMKM di sektor konstruksi, dimana kenaikan permintaan tersebut direspons oleh pelaku UMKM dengan menaikkan produksi dan harga jual barang/jasanya, sehingga omset usaha pada Q4-2022 pun membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Direktur Utama BRI Sunarso pun berharap, UMKM bisa menghadapi tantangan di tahun 2023. Apalagi menurutnya, peluang resesi di Indonesia tidak besar dan hanya sebesar 3%.
Menurut Sunarso, ada dua faktor yang membuat Indonesia bisa tahan akan resesi di 2023, di antaranya terkait konsumsi dalam negeri dan optimisme akan kondisi UMKM.
"Dua faktor inilah yang membuat kita memiliki ketahanan akan kondisi di 2023," jelas Sunarso dalam keterangan resmi, Rabu (15/2/2023).
Keoptimisan dirinya akan sektor UMKM juga terlihat dari kenaikan indeks bisnis UMKM yang terjadi di semua sektor usaha, kecuali sektor pertanian. Penurunan sektor pertanian ini terutama disebabkan oleh musim tanam untuk tanaman bahan makanan yang setiap tahunnya jatuh pada Q4 sehingga panen sedikit, musim hujan menyebabkan panen hortikultura sebagian busuk dan sulit melaut bagi nelayan, harga barang input terutama pupuk mahal dan langka di beberapa daerah.
Sejalan dengan kenaikan Indeks bisnisnya, sentimen pebisnis UMKM juga membaik signifikan. Hal ini berkaitan dengan kehidupan yang semakin normal pasca pandemi, aktivitas perekonomian yang semakin meningkat serta diikuti dengan daya beli masyarakat yang semakin pulih.
Sementara itu penghapusan PPKM, adanya event menjelang HBKN (bulan puasa) serta prospek ekonomi yang tetap baik dinilai akan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja usaha debitur.
Tren omset usaha terus meningkat, bahkan semakin banyak di atas rata-rata sebelum pandemi. Hal ini tercermin dari 27,9% (Q4-2022) pelaku UMKM yang menyatakan bahwa omset usahanya sudah di atas rata-rata sebelum pandemi, naik dibandingkan pada survei periode sebelumnya yang hanya sebanyak 16,2%.
Sebagian besar pelaku UMKM meyakini kondisi usaha 2023 lebih baik dibandingkan 2022. Namun, ada beberapa faktor yang dikhawatirkan pelaku UMKM di 2023 yang bisa menghambat usahanya, yaitu kenaikan suku bunga, resesi ekonomi dunia, kenaikan harga dan kelangkaan barang input, kenaikan harga barang dan jasa, dan Pandemi Covid-19.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Lokomotif Agen Pembangunan, BRI Dorong Peran UMKM