Josss.... Pasca Sentuh Rp 15.000/US$, Rupiah Balik Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 07/07/2022 09:04 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Kamis (7/7/2022), setelah kemarin menyentuh Rp 15.000/US$. Kalinya terakhir rupiah berada di level psikologis pada Mei 2020 atau lebih dari 2 tahun lalu.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung menguat 0,17% ke Rp 14.970/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Setelahnya, penguatan terpangkas menjadi Rp 0,1% ke Rp 14.980/US$

Tanda-tanda rupiah akan menguat sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.


Periode

Kurs Rabu (6/7) pukul 15:13 WIB

Kurs Kamis (7/7) pukul 8:50 WIB

1 Pekan

Rp15.001,1

Rp14.972,5

1 Bulan

Rp15.044,3

Rp14.969,5

2 Bulan

Rp15.057,3

Rp14.988,4

3 Bulan

Rp15.087,8

Rp15.009,7

6 Bulan

Rp15.143,6

Rp15.078,1

9 Bulan

Rp15.209,4

Rp15.137,6

1 Tahun

Rp15.279,7

Rp12.208,1

2 Tahun

Rp15.690,7

Rp15.547,1

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Rupiah masih mampu menguat meski indeks dolar AS terus menanjak naik. Pada perdagangan Rabu indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut naik 0,53% ke atas 107, menyentuh level tertinggi 20 tahun yang baru.

Kenaikan tersebut terjadi pasca rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).

Tingginya inflasi membuat The Fed sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Seperti diketahui pada bulan lalu The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak 1994, dan di bulan ini akan kembali menaikkan sekitar 50 - 75 basis poin. Hal itu ditegaskan dalam rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed dini hari tadi.

Bahkan, dalam notula tersebut tersurat The Fed bisa mengambil kebijakan lebih agresif lagi jika tekanan inflasi belum mereda.

"Para anggota dewan setuju bahwa prospek ekonomi memerlukan kebijakan yang ketat, dan mereka mengakui kebijakan yang lebih ketat lagi akan tepat diambil jika tekanan inflasi yang tinggi terus berlanjut," tulis notula tersebut sebagaimana dilansir CNBC International.

Dari dalam negeri, rilis data cadangan devisa Indonesia akan menjadi perhatian. Bank Indonesia (BI) pada awal bulan lalu melaporkan cadangan devisa pada akhir Mei sebesar US$ 135,6 miliar, turun US$ 100 juta dibandingkan bulan sebelumnya.

Sepanjang bulan Juni lalu, rupiah tertekan dengan pelemahan tercatat sebesar 2,16%, menjadi yang terbesar Juli 2020 ketika melemah 2,5%.

Jika cadangan devisa menurun tajam, ada indikasi BI banyak melakukan intervensi. Tetapi jika penurunan tidak terlalu besar atau malah meningkat, artinya rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar dan minim intervensi. Hal ini bisa menjadi kabar bagus, sebab dengan besarnya tekanan dari eksternal dan kebutuhan valuta asing yang besar di dalam negeri, pelemahan rupiah tidak mengalami kemerosotan tajam.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS