Sudah Tembus Rp 15.000/US$, Rupiah Terburuk di Asia Juga?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya menembus ke atas Rp 15.000/US$ di awal perdagangan Rabu (6/7/2022). Dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang kuat-kuatnya membuat rupiah melemah 0,21% ke Rp 15.016/US$ pada pukul 10.00 WIB.
Pelemahan rupiah tersebut juga menjadi perhatian Bank Indonesia (BI).
"Pemicu utama datang dari pasar keuangan global, dimana pelaku pasar khawatir akan terjadinya perlambatan lebih jauh atas ekonomi global bahkan khawatir bisa masuk ke kondisi resesi, khususnya ekonomi Amerika Serikat, dimana data terkini sepertinya mendukung terhadap kekhawatiran tersebut. Sementara ancaman inflasinya terus menghantui di banyak negara," kata Edi Susianto Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/7/2022).
Dolar AS memang sedang kuat-kuatnya terlihat dari indeksnya yang menguat tajam. Pada perdagangan Selasa indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini melesat 1,3% ke atas 106, yang merupakan level tertinggi dalam nyaris 20 tahun terakhir.
Amerika Serikat boleh jadi akan mengalami resesi, tetapi mata uangnya tetap menjadi primadona. Hal ini tidak lepas dari statusnya sebagai aset safe haven, serta bank sentral AS (The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga.
Alhasil, aliran modal pun masuk ke Negeri Paman Sam.
"Hal tersebut (isu resesi) mendorong pelaku pasar global untuk mencari safe haven currency dan safe haven asset. Safe haven currency condong ke dolar AS dan safe haven asset condong cash market dan Treasury (obligasi) AS," Jelas Edi.
"Artinya dari pergerakan nilai tukar, banyak mata uang non USD khususnya mata uang EM (Emerging Market) mengalami pelemahan, tentunya termasuk Rupiah," paparnya.
Meski menembus ke atas Rp 15.000/US$, rupiah bukan menjadi yang terburuk di Asia hari ini. Beberapa mata uang utama Benua Kuning memang menguat, tetapi hingga pukul 10:00 WIB peso Filipina dan baht Thailand pelemahanya lebih besar dari rupiah, masing-masing 0,31% dan 0,22%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Mata uang Garuda terus mengalami tekanan, Edi menegaskan BI akan selalu berada di pasar, memastikan rupiah bergerak stabil. Ada beragam intervensi yang bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Meskipun hingga saat ini kebutuhan valuta asing sudah dipenuhi oleh eksportir.
"BI memastikan ada di pasar melalui triple intervention agar supaya mekanisme pasar dapat bekerja dg baik melalui menjaga keseimbangan supply - demand valas di market," ujarnya.
"BI menjaga kondisi likuiditas Rupiah dalam level yang optimal," tegas Edi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
