Breaking News: Harga Minyak Ambruk! Turun Sampai 8%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 July 2022 07:09
Pom bensin Shell Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (1/7/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pom bensin Shell Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (1/7/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia turun. Bukan sembarang turun, tetapi ambles.

Pada Rabu (6/7/2022) pukul 06:51 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 104,41/barel. Anjlok 8,01% dari posisi hari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 101,03/barel. Berkurang 6,82%.

Saat penutupan perdagangan kemarin, brent dan light sweet ambrol masing-masing 9,5% dan 8,2%. Ini menjadi koreksi harian terparah sejak 9 Maret lalu.

"Satu-satunya hal yang bisa dijelaskan adalah ketakutan akan resesi. Anda bisa merasakan tekanannya," ujar Robert Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, seperti dikutip dari Reuters.

Pasar khawatir terhadap laju inflasi di berbagai negara yang seakan tidak terkendali, naik gila-gilaan. Di negara-negara anggota OECD, misalnya, inflasi pada Mei tercatat 9,6% year-on-year (yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak 1988.

Di Amerika Serikat (AS), laju inflasi pada periode yang sama adalah 8,6% yoy. Rekor tertinggi sejak 1981.

Customers wait in line to purchase fuel at the Duck-Thru in Scotland Neck, N.C., on Tuesday, May 11, 2021. The station was doing a brisk business on Tuesday as news of the cyberattack on the Colonial Pipeline spread fear of a gas shortage in rural North Carolina. (Robert Willett/The News & Observer via AP)Foto: Pelanggan mengantre untuk membeli bahan bakar di Duck-Thru di Scotland Neck, NC, pada hari Selasa, 11 Mei 2021. (Robert Willett / The News & Observer via AP)

Inflasi yang semakin tinggi akan membuat bank sentral menjadi 'ganas'. Kebijakan moneter diketatkan secara agresif, suku bunga acuan dinaikkan.

Kenaikan suku bunga acuan memang bertujuan mulia, untuk mengendalikan dan menjangkar ekspektasi inflasi. Sebab kenaikan suku bunga akan membuat jumlah uang beredar turun, sehingga nilai uang tidak berkurang. Ingat, inflasi pada dasarnya adalah penurunan nilai uang.

Namun kenaikan suku bunga punya 'efek samping'. Biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha akan ikut naik. Ketika ekspansi itu terhambat, maka ekonomi akan melambat. Bahkan bukan tidak mungkin akan terjadi kontraksi alias pertumbuhan negatif.

Saat ekonomi mengalami kontraksi selama dua kuartal beruntun, itu namanya resesi. Risiko itulah yang tengah menjadi kekhawatiran dunia.

Resesi berarti ekonomi menjadi lesu. Kelesuan ekonomi akan membuat permintaan energi berkurang sehingga harga kemudian turun. Ini yang sedang terjadi di pasar minyak.

"Pasar komoditas tidak akan memaafkan Anda ketika terjadi resesi. Saat pasokan melebihi permintaan," ujar Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular