Produksi Cile Anjlok, Harga Tembaga Naik! Tapi Tipis...

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
05 July 2022 11:52
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga menguat pada perdagangan hari ini didukung oleh produksi Cile yang turun pada Mei dan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang melandai.

Pada Selasa (5/7/2022) pukul 11:15 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.998,5/ton, naik 0,36% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Dollar Index (yang membandingkan dolar dengan enam mata uang utama) melandai pada 105,144 menjadi sentimen positif bagi tembaga. Sebab tembaga yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara itu, total produksi tembaga Cile turun 2,55% year-on-year/yoy pada Mei menjadi 478.800 ton, berdasarkan badan Cochilco. Tambang tembaga raksasa milik negara Cile, Codelco, turun 6,3% yoy menjadi 142.900 ton. Hasil produksi Escondida, tambang tembaga terbesar Cile yang dikendalikan oleh raksasa pertambangan Australia BHP, naik 26% menjadi 106.900 ton.

Sementara produksi tambang tembaga terbesar Peru nomor dua, Collahuasi, turun 15,4% yoy menjadi 49.000 ton. Turunnya produksi Cile menjadi sentimen positif bagi tembaga karena pasokan tetap akan ketat.

Meskipun begitu, sentimen resesi membatasi laju kenaikan harga tembaga. Nathan Sheets, kepala ekonom global Citigroup mengatakan risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50% dalam 18 bulan ke depan.

Sheet melihat pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,3%, turun dari sebelumnya 2,6%. Sementara 2023 sebesar 1,7% turun dari sebelumnya 2,1%.

Saat resesi ekonomi tidak bertumbuh sehingga aktivitas berbagai industri akan lesu. Ujung-ujungnya permintaan tembaga juga akan tertekan. Saat permintaan turun, harga pun mengikuti.

Tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku untuk industri properti, perlengkapan sehari-hari, infrastruktur, transportasi, dan lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular