
Aduh Biyung! Bandar Kripto Bangkrut, Rugi Rp 10 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Crypto winter masih jauh dari akhir musim dan terus menelan korban. Kali ini korbannya bukan main-main, yaitu investor institusi sekelas hedge fund bernama Three Arrows Capital (3AC).
Perusahaan investasi dengan kelolaan mencapai US$ 10 miliar yang fokus di proyek-proyek cryptocurrencytersebut dilaporkan bangkrut setelah salah satu broker kripto Voyager Digital menghentikan aktivitas perdagangan dan penarikan atas kerugian 3AC yang mencapai US$ 646 juta. Jika menggunakan asumsi kurs Rp 14.850/US$, maka nilai kerugian tersebut mencapai hampir Rp 9,6 triliun.
Rabu pekan kemarin, Pengadilan Negara British Virgin Island memerintahkan 3AC untuk melikuidasi kelolaannya atas ketidakmampuan melunasi utang. Selang sehari, Otoritas Moneter Singapura juga menegur perusahaan investasi yang didirikan oleh mantan trader Credit Suisse ini karena memberikan informasi palsu dan menyesatkan.
Sebelun dilanda kebangkrutan, 3AC dikenal dengan investasinya di berbagai proyek kripto. Didirikan pada 2012 oleh Su Zhu dan Kyle Davies, proyek-proyek kripto yang menjadi investasi 3AC meliputi Bitcoin, Solana, Axie Infinity dan BlockFi.
Harga Bitcoin yang ambrol ke bawah US$ 20.000/BTC dan gagalnya proyek Axie Infinity telah membayangi ekosistem cryptocurrency.
Belum lagi 3AC juga dilaporkan mengalami kerugian sebesar US$ 200 karena berinvestasi di proyek stablecoin UST yang dikembangkan oleh Do Kwon yaitu Terra-LUNA.
Dengan adanya krisis likuiditas yang dialami oleh 3AC banyak yang khawatir ini akan merembet ke ekosistem kripto, apalagi proyek-proyek yang dibekingi oleh 3AC.
Dalam kasus cryptocurrency, peluncuran suatu token biasanya bersifat vested. Artinya investor yang mendapat jatah suatu token berhak menjualnya ketika periode kuncian (locked up period) sudah berakhir.
Artinya ketika 3AC membutuhkan likuiditas untuk membayar utangnya, maka token-token kripto tersebut akan dijual dan aksi jual masif dengan volume besar di pasar akan membuat harga token kripto berguguran.
Token-token kripto dengan nilai proyek kecil, likuiditas transaksi serta nilai pasar rendah yang dibekingi oleh 3AC berisiko tinggi untuk mengalami penurunan harga.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, beberapa investasi 3AC pada proyek-proyek kripto meliputi startup game berbasis kripto seperti Imperium Empires, Ascenders dan Shrapnel.
Startup kripto lain yang juga dibekingi oleh 3AC adalah proyek Cardano yaitu Ardana. Dalam 13 bulan ke depan 3AC akan mendapatkan jutaan token Ardana.
Founder Ardana Ryan Matovu bahkan mengatakan bahwa 3AC merupakan investor terbesar dalam proyek tersebut sehingga token Ardana berpeluang besar mengalami penurunan tajam ke depan.
Ekosistem kripto yang semakin luas dan penetrasi di kalangan investor institusi seolah menunjukkan dampak dari kolapsnya ekosistem ini bersifat sistemik karena gangguan keuangan bersifat menular (contagion) karena interaksi dari faktor size, kompleksitas usaha dan interkoneksi antar institusi.
Selain berpeluang berdampak sistemik, risiko yang ditanggung oleh investor juga berpeluang menjadi risiko sistematis di mana risiko ini sulit untuk diatasi dengan diversifikasi aset apalagi di tengah kondisi makroekonomi yang sedang bergejolak seperti sekarang ini.
Dengan kasus likuidasi 3AC, gagalnya proyek Terra-LUNA hingga harga Bitcoin dan kripto lain yang terus tertekan seolah memberikan warning bagi investor bahwa nasib ekosistem kripto sedang benar-benar diujung tanduk.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak Kripto Masih Kayak Gini, Susah Bikin Kaya Lagi