Harga Minyak Nanjak! Naik Hampir 2%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 July 2022 07:45
Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melesat pada perdagangan pagi ini. Kekhawatiran terhadap hambatan pasokan mendongkrak harga si emas hitam.

Pada Selasa (5/7/2022) pukul 06:52 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 113,51/barel. Melonjak 1,68% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intemediate (WTI) harganya US$ 110,42/barel. Bertambah 1,84%.

Dalam seminggu, harga brent naik 2,27% secara point-to-point. Namun dalam sebulan masih turun 2,97% meski dalam setahun meroket 47,1%.

Lesatan harga minyak dilatarbelakangi oleh masalah di sisi pasokan. Sanksi ekonomi terhadap Rusia membuat minyak dari Negeri Beruang Merah sulit masuk ke pasar dunia.

Belum lagi ada rencana aksi unjuk rasa pekerja di Norwegia. Aksi ini diperkirakan membuat produksi sebanyak 320.000 barel/hari akan mandek.

Begitu pula di Libya. Unjuk rasa anti-pemerintah yang kian meluas di negara tersebut membuat perusahaan minyak Libya (NOC) memutuskan kondisi kahar (force majeur) di Pelabuhan Es Sider dan Ras Lanuf.

Ekspor minyak Libya saat rata-rata berkisar antara 365.000-409.000 barel/hari. Padahal dalam kondisi normal, ekspor bisa mencapai 865.000 barel/hari.

Plus, ketegangan juga terjadi di Ekuador. Petroecuador, perusahaan minyak milik negara di Ekuador, menyebut negara itu mungkin akan kehilangan produksi hampir 2 juta barel.

Aksi unjuk rasa besar-besaran meletus di Ekuador bulan lalu. Rakyat menuntut penurunan harga bensin dan pembatasan ekspansi perusahaan migas dan pertambangan.

"Fasilitas kami dihancurkan, dirusak," keluh Italo Cedeno, Manajer Petroecuador dalam konferensi pers, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular