Investor Khawatir Dengan Kondisi Global, IHSG Ambruk 2,28%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
04 July 2022 15:44
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 2% pada perdagangan Senin (4/7/2022) awal pekan ini, karena investor khawatir dengan kondisi ekonomi global dan diperparah dengan inflasi di Tanah Air yang meninggi pada bulan lalu.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup ambruk 2,28% ke posisi 6.639,17. Meski ambruk, tetapi koreksi IHSG sudah lebih terpangkas di penutupan perdagangan hari ini. Dengan ini, maka IHSG sudah terkoreksi selama enam hari beruntun.

Pada awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG dibuka melemah 0,17% di posisi 6.782,85. Selang 30 menit setelah dibuka, IHSG langsung ambruk hingga 1,59% ke 6.685,76. Bahkan pada pukul 10:21 WIB, IHSG sempat ambruk 3,26% ke 6.573,13.

Pada perdagangan hari ini pula, IHSG menyentuh zona psikologisnya di 6.500 pada awal perdagangan sesi I. Tetapi mulai pukul 11:00 WIB, koreksi IHSG cenderung terpangkas dan bertahan di zona psikologis 6.600 hingga akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 12 triliun dengan melibatkan 19 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 109 saham menguat, 460 saham melemah, dan 119 saham stagnan.

Dari nilai transaksinya, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni nyaris Rp 1 triliun atau sekitar Rp 996,4 miliar. Sedangkan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 916,4 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 725,2 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, BBRI ditutup ambruk 2,42% ke Rp 4.040/unit, sedangkan saham BMRI ambles 2,63% ke Rp 7.400/unit, dan saham BBCA berakhir anjlok 2,76% ke Rp 7.050/unit.

Sejak awal tahun ini, sentimen negatif untuk aset berisiko datang bertubi-tubi. Kekhawatiran kondisi ekonomi global terkait risiko stagflasi yang muncul dari tingginya inflasi, pengetatan moneter, eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan kebijakan proteksionisme berbagai negara masih membuat investor ketar-ketir.

Kondisi inilah yang menyebabkan banyak investor yang berpikir dua kali untuk tetap berada di pasar saham. Beberapa sudah mulai mengurangi porsi investasinya di aset beresiko seperti saham sehingga membuat harganya jatuh.

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street juga terpuruk pada pekan lalu. Tingginya inflasi yang membuat pendapatan perusahaan diperkirakan menurun, serta isu resesi membuat Wall Street mencatat pelemahan dalam 4 dari 5 pekan terakhir.

Indeks bursa Tanah Air juga mengalami hal yang sama. Dalam 6 hari perdagangan IHSG tak pernah menghijau dan semakin terlempar jauh dari level psikologis 6.600 setelah mengakumulasi penurunan 5,61% selama sepekan penuh.

Nyatanya, investor mulai beralih ke pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN). Dari pasar obligasi, beberapa Surat Berharga Negara (SBN) justru mengalami penurunan imbal hasil (yield) signifikan.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun, maka harganya naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, berarti ada aksi beli.

Yield SBN tenor 3 tahun mengalami penurunan lebih dari 21 basis poin (bp), sedangkan yield SBN tenor 5 tahun bahkan menurun lebih dari 45 bp. Penurunan yang tajam berarti ada aksi beli yang besar.

SBN merupakan aset yang lebih aman ketimbang saham, karena memberikan return yang tetap. Penguatan beberapa SBN tersebut sementara IHSG jeblok mengindikasikan adanya rotasi investasi.

Itu artinya, para investor mengantisipasi terjadinya pelambatan ekonomi. AS memang diperkirakan akan mengalami resesi akibat bank sentralnya (Federal Reserve/The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Ketika negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu mengalami resesi, maka akan berimbas ke negara lainnya, termasuk Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular