Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto sepanjang semester I-2022 mencatatkan kinerja yang buruk. Pada periode tersebut, kripto menyentuh level terendah sejak beberapa tahun terakhir.
Bitcoin, Ethereum, dan beberapa kripto lainnya menyentuh level terendahnya sejak 2017 dan 2018 pada semester I-2022. Bahkan bisa dibilang bahwa tahun ini merupakan pembalikan dari tahun lalu, di mana Bitcoin dan Ethereum mencetak all time high (ATH), dua kali hanya dalam setahun.
Tetapi sepanjang pada tahun ini, keduanya justru mencatatkan zona terendahnya selama dua kali, di mana Bitcoin menyentuh zona terendahnya sejak tahun 2020 pada Mei lalu dan menyentuh zona terendah sejak tahun 2017 pada bulan lalu.
Meski begitu, tahun ini masih berjalan setengahnya dan periode semester II-2022 baru di mulai, sehingga potensi pembalikan arah (rebound) masih terbuka lebar. Tetapi, apabila kondisi global masih belum memungkinkan, bukan tidak mungkin Bitcoin dan kripto lainnya akan makin memburuk.
Hingga saat ini, Bitcoin terus berjuang di kisaran ketat antara US$ 19.000-US$ 22.000 dan Bitcoin belum mampu menguat ke atas kisaran US$ 22.000, sehingga untuk mencapai level ATH masih sangat sulit karena Bitcoin perlu menembus lebih dahulu zona psikologisnya di US$ 30.000.
 Sumber: CoinMarketCapBitcoin (BTC) |
Jatuhnya pasar kripto disebabkan oleh sikap investor yang merasa pesimis tentang kondisi ekonomi global di tengah lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral. Pasar kripto semakin berkorelasi dengan pasar saham dalam beberapa bulan terakhir, yang membuatnya semakin terkait dengan faktor ekonomi global.
Selain faktor ekonomi makro, analis dari Oana, Edward Moya mengatakan bahwa investor juga khawatir dengan masalah yang menimpa pemain kripto utama, di mana hal ini dapat melepaskan guncangan pasar yang lebih luas.
Perusahaan dana lindung nilai (hedge fund) kripto Three Arrows Capital menghadapi krisis likuiditas setelah runtuhnya TerraUSD (UST) dan luna (LUNA). Selain Three Arrows Capital, ada pula perusahaan kripto Celsius Network mengumumkan akan menangguhkan penarikan pelanggan akibat kondisi pasar yang 'ekstrem'.
"Siklus berita sangat buruk di pasar kripto. Setelah adanya laporan default, tidak mengherankan bahwa Three Arrows Capital telah diperintahkan untuk dilikuidasi. Kekhawatiran berkembang bahwa runtuhnya Three Arrows Capital dapat memicu risiko penularan pasar lebih lanjut," kata Moya, dikutip dari NextAdvisor.
Perang Rusia-Ukraina, inflasi, dan perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan terus mendorong lebih banyak volatilitas di pasar kripto dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.
Volatilitas bukanlah hal baru di pasar kripto, di mana hal ini merupakan alasan utama para ahli mengatakan kepada investor kripto baru bahwa mereka harus sangat berhati-hati ketika mengalokasikan sebagian dari portofolio mereka ke cryptocurrency.
Bitcoin telah menunjukkan peningkatan nilai yang stabil selama bertahun-tahun seperti mata uang kripto lainnya di pasar. Masuk akal bagi investor Bitcoin untuk penasaran seberapa tinggi akhirnya bisa naik.
Sayangnya, beberapa pengamat menilai bahwa Bitcoin sangat sulit diprediksi dan bahkan lebih rentan terhadap faktor pasar daripada kelas aset yang lebih mapan.
Periode semester II-2022 baru dimulai, di mana risiko pasar global masih memburuk. Di pasar kripto, Bitcoin dan kripto lainnya masih cenderung belum bergairah, meski terkadang menguat tipis-tipis.
Kondisi makroekonomi global yang masih memburuk membuat pasar kripto diprediksi belum akan pulih di semester II-2022. Inflasi yang belum melandai, pengetatan suku bunga bank sentral negara maju, perang Rusia-Ukraina yang belum mereda, hingga masalah rantai pasokan membuat pasar kripto masih enggan dilirik oleh investor.
Selain itu, faktor daya beli masyarakat dunia yang kembali melambat turut mempengaruhi kinerja kripto kedepannya dan cenderung sulit untuk kembali ke level all time high (ATH). Pihak yang skeptis akan pasar kripto memprediksi ekstrem bahwa Bitcoin akan turun ke level US$ 10.000 pada tahun 2022
Tetapi, tak sedikit orang yang masih memegang teguh sikap bullish-nya di pasar kripto dan mereka tetap masih memprediksi bahwa Bitcoin dan kripto lainnya akan pulih di semester II-2022.
Mereka memprediksi bahwa Bitcoin masih bisa naik ke US$ 100.000, seperti yang diprediksi banyak ahli pada akhir tahun lalu. Tetapi, kapan waktunya terjadi masih sulit diprediksi.
Bahkan, para ahli bullish mengevaluasi kembali industri kripto secara bersamaan karena perusahaan besar seperti Nike dan merek besar lainnya mencari cara untuk memonetisasi produk mereka di metaverse digital.
Banyak ahli ragu-ragu untuk memprediksi angka dan tanggal, tetapi lebih menunjuk pada tren Bitcoin yang meningkatkan nilainya dari waktu ke waktu.
"Investor harus mengharapkan kenaikan cukup berkelanjutan dalam nilai jangka panjang Bitcoin yang didorong oleh pergerakan pasar organik, dengan ambang batas di US$ 100.000 dalam waktu dekat," ungkap Jurrien Timmer, direktur makro global di Fidelity Investments, dalam prediksinya pada Oktober tahun lalu.
Meski para ahli cenderung ragu-ragu, tetapi beberapa diantaranya masih optimis bahwa Bitcoin dan kripto lainnya akan kembali pulih pada paruh kedua tahun ini.
Mereka yang masih optimis merupakan pihak yang dianggap bullish dan percaya bahwa semester II-2022 dapat menjadi periode pembalikan arah pasar kripto.
Namun jika dilihat secara realitas, risiko pasar masih cukup tinggi. Apalagi potensi resesi yang semakin besar membuat pasar kripto juga digantungkan kondisinya.
Adapun berikut para ahli yang masih memegang teguh bullish-nya di pasar kripto.
1. Ian Balina
Ian Balina merupakan Investor Bitcoin dan pendiri perusahaan penelitian kripto sekaligus perusahaan media kripto yakni Token Metrics.
Dia memprediksi bahwa Bitcoin bisa mencapai kisaran US$ 100.000-US$ 150.000, tetapi waktu terjadinya belum dia dapat prediksi.
Balina beralasan bahwa Bitcoin berada dalam siklus sentimen bearish, tetapi total pasar kripto dan kelas aset kripto lainnya tidak.
Bitcoin adalah mata uang kripto pertama, tetapi sekarang yang lain telah melampauinya dalam hal inovasi dalam hal apa yang oleh para ahli disebut "Web 3".
Sedangkan, rilis altcoin baru dan hype tentang metaverse akan terus mendorong permintaan kripto, dan karena itu Bitcoin pada akhirnya akan bangkit kembali.
2. Matthew Hyland
Matthew Hyland merupakan seorang analis teknikal dan analis data blockchain. Dia memprediksi bahwa Bitcoin dapat menembus kisaran US$ 100.000 pada 2022.
Alasan dia optimis Bitcoin dapat menyentuh kisaran US$ 100.000 adalah harga Bitcoin pada Januari 2022 hampir sama dengan harga pada Januari 2021, tetapi ada permintaan baru untuk altcoin.
Ada juga tren pasokan Bitcoin yang sedang berlangsung meninggalkan bursa utama (mungkin akan disimpan dalam dompet kripto offline). Tetapi, penurunan di bawah US$ 40.000 dapat menyebabkan "jatuh bebas" ke pasar beruang Bitcoin.
3. Robert Breedlove
Robert Breedlove merupakan seorang pendiri sekaligus CEO perusahaan pemasaran aset digital dan konsultan Parallax Digital. Dia sebelumnya sangat optimis bahwa Bitcoin dapat menyentuh US$ 307.000 pada tahun ini.
Dia beralasan bahwa tekanan inflasi setelah Covid-19 akan mendorong minat pada cryptocurrency, mendorong nilai Bitcoin naik lebih tinggi dari perkiraan proyeksi sebelumnya.
Breedlove dikenal sebagai tipe filsuf di kalangan penggemar kripto, Breedlove sering berbicara tentang implikasi sosial yang lebih luas dari kripto sebagai bentuk mata uang yang lebih transparan dan terdesentralisasi. Tetapi prediksi harganya hingga kini belum tepat.
TIM RISET CNBC INDONESIA