Ekonomi Memburuk, IHSG Sesi I Ditutup Longsor 2,5%!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
04 July 2022 12:21
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir anjlok pada penutupan perdagangan sesi I Senin (4/7/2022) di tengah kekhawatiran ekonomi global, ditambah dengan inflasi Tanah Air yang meninggi.

IHSG dibuka melemah 0,17% di posisi 6.782,85 dan berakhir longsor 2,53% atau 171,87 poin ke 6.622,45 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,57 triliun dengan melibatkan lebih dari 13 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah tak bertenaga. Selang 5 menit perdagangan, IHSG melanjutkan pelemahan hingga 0,55% ke 6.755,76. Alih-alih berbalik arah ke zona hijau, IHSG semakin melemah dan keluar dari level psikologis 6.600 pasca drop 3,18%.

Level terendah berada di 6.559,63 pada pukul 10:20 WIB dan level tertinggi berada di 6.784,41 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 485 unit, sedangkan hanya 78 unit yang menguat dan 113 sisanya stagnan.

Mayoritas saham big cap dengan bobot indeks besar ambles siang ini. Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) ambles 6,49% ke Rp 346 /unit. Selanjutnya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga melemah 2,41% ke Rp 7.075/unit.

Sejak awal tahun, sentimen negatif untuk aset berisiko datang bertubi-tubi. Kekhawatiran kondisi ekonomi global terkait risiko stagflasi yang muncul dari tingginya inflasi, pengetatan moneter, eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan kebijakan proteksionisme berbagai negara masih membuat investor ketar-ketir.

Kondisi inilah yang menyebabkan banyak investor yang berpikir dua kali untuk tetap berada di pasar saham. Beberapa sudah mulai mengurangi porsi investasinya di aset beresiko seperti saham sehingga membuat harganya jatuh.

Bursa saham AS (Wall Street) juga terpuruk pada pekan lalu. Tingginya inflasi yang membuat pendapatan perusahaan diperkirakan menurun, serta isu resesi membuat Wall Street mencatat pelemahan dalam 4 dari 5 pekan terakhir.

Indeks bursa Tanah Air juga mengalami hal yang sama. Dalam 6 hari perdagangan IHSG tak pernah menghijau dan semakin terlempar jauh dari level psikologis 6.600 setelah mengakumulasi penurunan 5,61% selama sepekan penuh.

Nyatanya, investor mulai beralih ke Surat Berharga Negara (SBN). Dari pasar obligasi, beberapa yield Surat Berharga Negara (SBN) justru mengalami penurunan signifikan.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun harganya naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, berarti ada aksi beli.

Yield SBN tenor 3 tahun mengalami penurunan lebih dari 21 basis poin, tenor 5 tahun bahkan lebih dari 45 basis poin. Penurunan yang tajam berarti ada aksi beli yang besar.

SBN merupakan aset yang lebih aman ketimbang saham, karena memberikan return yang tetap. Penguatan beberapa SBN tersebut sementara IHSG jeblok mengindikasikan adanya rotasi investasi.

Itu artinya, para investor mengantisipasi terjadinya pelambatan ekonomi. Amerika Serikat memang diperkirakan akan mengalami resesi akibat bank sentralnya (The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Ketika negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu mengalami resesi, maka akan berimbas ke negara lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular