
Alert! Rupiah Sejengkal Lagi Sentuh Rp 15.000/US$

Sementara dari luar negeri, Bank sentral AS (The Fed) yang agresif dalam menaikkan suku bunga guna meredam tingginya inflasi menjadi pemicu rontoknya mata uang Garuda. Hal ini diperburuk dengan perekonomian global yang terancam melambat bahkan beberapa negara terancam mengalami resesi, termasuk Amerika Serikat.
Era suku bunga rendah di AS telah berakhir. The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sudah menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini.
Terbaru dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/6/2022) dini hari waktu Indonesia, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75%.
Tingkat kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin jadi yang terbesar sejak 1994. Tampaknya besaran kenaikan tersebut akan terulang pada bulan ini.
Menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 83,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%.
![]() Perkiraan Kenaikan Suku Bunga The Fed |
Berdasarkan Fed Dot Plot yang dirilis setiap akhir kuartal, mayoritas anggota pembuat kebijakan moneter (The Fed) melihat suku bunga di akhir tahun berada di 3,4% atau di rentang 3,25-3,5%.
Inflasi yang tinggi menjadi alasan The Fed sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Beberapa bank sentral utama juga melakukan hal yang sama.
Sebagai catatan, inflasi AS terbang 8,6% pada Mei tahun ini, yang menandai rekor tertinggi sejak Desember 1981.
Kenaikan suku bunga juga dipertegas oleh Jerome Powell yang menyatakan komitmen tidak akan membiarkan ekonomi jatuh ke dalam "era inflasi yang lebih tinggi". Bahkan jika itu berarti menaikkan suku bunga membahayakan pertumbuhan ekonomi.
"Waktunya agak berjalan pada berapa lama Anda akan tetap berada dalam rezim inflasi rendah. Risikonya adalah karena banyaknya guncangan, Anda mulai beralih ke rezim inflasi yang lebih tinggi, dan tugas kami adalah benar-benar mencegahnya. dari terjadi dan kami akan mencegah hal itu terjadi," kata Powell pada konferensi Bank Sentral Eropa.
Rilis data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama 2022 menunjukkan bahwa negara adidaya tersebut sedang tidak baik-baik saja. Pertumbuhan ekonomi AS pada mencapai -1,6% secara kuartalan quarter-to-quarter (qoq). Ini berarti Negeri Paman Sam makin dekat dengan resesi.
Ketika Amerika Serikat resesi, begitu juga negara lainnya, maka dolar AS akan menjadi primadona karena statusnya sebagai aset safe haven.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)[Gambas:Video CNBC]