Review Semester I-2022

Semester I, Rupiah Terbaik di Antara yang Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 July 2022 12:15
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2022
Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2022

Perang Rusia-Ukraina menjadi salah satu pemicu tingginya inflasi. Sebab, harga komoditas energi meroket. Tetapi hal tersebut justru memberikan keuntungan bagi Indonesia.

Tingginya harga batu bara, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan beberapa komoditas lainnya membuat neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 25 bulan beruntun.

Alhasil, transaksi berjalan juga menjadi surplus di tahun 2021 dan kuartal I-2022 yang membuat rupiah lebih kuat. Saat transaksi berjalan surplus artinya devisa masuk ke dalam negeri.

Di kuartal II-2022, Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi berjalan masih akan surplus.

"Transaksi berjalan pada kuartal II diperkirakan surplus, melanjutkan surplus pada kuartal sebelumnya," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (23/6/2022).

Selain itu, aliran modal mengalir deras di pasar saham Indonesia. Perang Rusia-Ukraina membuat capital outflow yang masif terjadi di Eropa. Duit tersebut mencari tempat baru untuk "berkembang biak", Indonesia menjadi salah satu tujuannya.

Sepanjang semester I-2022, data perdagangan mencatat asing net buy Rp 52,29 triliun di pasar reguler sepanjang tahun ini.

Aliran modal yang masuk ke pasar saham tersebut mampu sedikit menutupi capital outflow yang terjadi di pasar obligasi. Bank Indonesia (BI) mencatat sejak awal tahun hingga 23 Juni 2022, investor asing jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 105,1 triliun.

Maklum saja, dengan The Fed agresif menaikkan suku bunga, yield obligasi AS (Treasury) ikut menanjak, yang memicu capital outflow dari pasar obligasi emerging market.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular