
Semester I, Rupiah Terbaik di Antara yang Terburuk di Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang utama Asia rontok melawan dolar Amerika Serikat (AS) di semester II-2022. Meski demikian, rupiah menjadi salah satu yang terbaik, pelemahannya menjadi yang terkecil kedua setelah dolar Singapura.
Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan Kamis (30/6/2022) di Rp 14.895/US$. Dengan demikian, sepanjang semester II-2022 rupiah tercatat melemah sekitar 4,5%. Sementara dolar Singapura tercatat melemah 3%.
Mata uang utama Asia lainnya merosot lebih tajam, yen Jepang menjadi yang terburuk dengan pelemahan lebih dari 17%.
Bank sentral AS (The Fed) yang agresif dalam menaikkan suku bunga guna meredam tingginya inflasi menjadi pemicu rontoknya mata uang Asia. Hal ini diperburuk dengan perekonomian global yang terancam melambat bahkan beberapa negara terancam mengalami resesi, termasuk Amerika Serikat.
Seperti diketahui The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sudah menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini. Teranyar dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/6/2022) dini hari waktu Indonesia, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75%.
Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak 1994, dan masih belum akan berakhir. Berdasarkan Fed Dot Plot yang dirilis setiap akhir kuartal, mayoritas anggota pembuat kebijakan moneter (The Fed) melihat suku bunga di akhir tahun berada di 3,4% atau di rentang 3,25-3,5%.
Inflasi yang tinggi menjadi alasan The Fed sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Beberapa bank sentral utama juga melakukan hal yang sama.
Inflasi yang tinggi dapat menggerus daya beli masyarakat, ditambah dengan suku bunga tinggi ekspansi dunia usaha tentunya tertahan. Hal tersebut membuat perekonomian AS terancam mengalami resesi, begitu juga dengan beberapa negara lainnya.
"Itu (resesi) mungkin terjadi. Itu bukan hasil yang kami inginkan, tetapi kemungkinan itu pasti, dan terus terang peristiwa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir di seluruh dunia membuat kami lebih sulit mencapai apa yang kami inginkan, yakni inflasi 2% dengan pasar tenaga kerja yang tetap kuat," kata Powell di hadapan Kongres AS Rabu (22/6/2022).
Ketika Amerika Serikat resesi, begitu juga negara lainnya, maka dolar AS akan menjadi primadona karena statusnya sebagai aset safe haven.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tingginya Harga Komoditas Untungkan Rupiah
