Shanghai Paling Sakti, Bursa Asia Lainnya Loyo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 June 2022 16:48
A woman walks by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Monday, Dec. 2, 2019. Asian stock markets have risen after Chinese factory activity improved ahead of a possible U.S. tariff hike on Chinese imports. Benchmarks in Shanghai, Tokyo and Hong Kong advanced. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis (30/6/2022). Investor masih khawatir dengan kondisi makroekonomi global hingga hari ini.

Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup di zona hijau pada hari ini, di mana indeks saham Negeri Panda tersebut ditutup melesat 1,1% ke posisi 3.398,62.

Sedangkan sisanya kembali ditutup di zona merah. Indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,54% ke 26.393,039, Hang Seng Hong Kong melemah 0,62% ke 21.859,789, ASX 200 Australia ambruk 1,97% ke 6.568,1, Straits Times Singapura merosot 1,04% ke 3.102,21, KOSPI Korea Selatan anjlok 1,91% ke 2.332,64, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,44% ke posisi 6.911,58.

Indeks Shanghai berhasil melesat setelah dirilisnya data aktivitas manufaktur periode Juni 2022. Data dari National Bureau of Statistic (NBS) menunjukkan aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada purchasing managers' index (PMI) pada bulan ini naik menjadi 50,2, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 49,6.

Namun, angka PMI manufaktur China pada Juni tahun ini lebih rendah dari prediksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan PMI manufaktur China pada bulan ini naik menjadi 50,5.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Naiknya kembali PMI manufaktur China ke zona ekspansi terjadi karena pemerintah setempat telah memperlonggar penguncian ketat di Shanghai, mendorong pertumbuhan produksi dan pesanan baru.

"Meskipun sektor manufaktur terus pulih pada bulan ini, tetapi 49,3% dari perusahaan melaporkan pesanan tidak mencukupi. Permintaan pasar yang lemah masih menjadi masalah utama yang dihadapi industri manufaktur," kata hu Hong, ahli statistik senior di NBS, dikutip dari CNBC International.

Namun, pelaku pasar Asia-Pasifik masih cenderung pesimis pada hari ini, karena mereka masih khawatir dengan kondisi makroekonomi global hingga hari ini.

Ketika kuartal II-2022 akan berakhir pada Kamis hari ini, kekhawatiran akan resesi meningkat kembali.

Kekhawatiran atas ekonomi yang melambat dan kenaikan suku bunga yang agresif menghabiskan sebagian besar paruh pertama tahun ini karena investor terus mencari titik terendah dari aksi jual pasar yang ganas.

Hal ini juga terlihat dari turunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) pada perdagangan kemarin, di mana yield Treasury tenor 10 tahun turun menjadi 3,09%. Meski mengalami penurunan, tetapi sejatinya yield Treasury tenor 10 tahun masih cukup tinggi.

Penurunan yield obligasi pemerintah AS mencerminkan bahwa pelaku pasar mulai mengkhawatirkan potensi resesi yang semakin meningkat, sehingga mereka cenderung memburunya.

Asal tahu saja, pada pembacaan terakhir angka pertumbuhan ekonomi AS, produk domestik bruto (PDB) Negeri Paman Sam terkontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.

Angka aktual tersebut menunjukkan kontraksi yang lebih besar dari pembacaan kedua yang menunjukkan kontraksi 1,5%.

Sementara itu, kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS cenderung bergerak melemah hari ini, di mana indeks S&P 500 bersiap menyelesaikan paruh pertama terburuknya dalam beberapa dekade.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular