Pagi-pagi Ijo Eh Siang Ambruk, IHSG Longsor 4 Hari Beruntun

Putra, CNBC Indonesia
30 June 2022 15:24
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali harus berakhir di zona merah. Genap 4 hari beruntun IHSG terkoreksi.

IHSG ditutup melemah 0,44% ke 6.911,58 pada perdagangan Kamis (30/6/2022). Padahal di sesi I IHSG masih mencatatkan apresiasi 0,37%.

Namun koreksi terjadi di sesi II dan IHSG pun kembali mendekati level psikologis 6.900. Pergerakan IHSG senada dengan mayoritas indeks saham Asia.

Hanya indeks Shanghai Composite saja yang mengalami apresiasi 1,1%. Indeks Nikkei memimpin pelemahan dengan koreksi 1,54%.

Semalam tiga indeks saham AS ditutup variatif. Indeks Dow Jones menguat 0,27% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite melemah tipis masing-masing 0,07% dan 0,03%.

Di saat yang bersamaan, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS 10 tahun juga turun dari 3,17% menjadi 3,09% kemarin.

Penurunan yield obligasi pemerintah AS mencerminkan bahwa pelaku pasar mulai mengkhawatirkan potensi resesi yang semakin meningkat.

Asal tahu saja, pada pembacaan terakhir angka pertumbuhan ekonomi AS, produk domestik bruto (PDB) Paman Sam terkontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.

Angka aktual tersebut menunjukkan kontraksi yang lebih besar dari pembacaan kedua yang menunjukkan kontraksi 1,5%.

Di sisi lain pengetatan moneter yang agresif dari The Fed juga membuat investor asing meninggalkan pasar keuangan RI.

Soal outflow, Bank Indonesia (BI) mencatat sejak awal tahun hingga 23 Juni 2022, investor asing jual neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 105,1 triliun.

Berbeda dengan SBN yang dilepas asing, aset berisiko saham masih cenderung dikoleksi. Pada rentang waktu yang sama asing beli neto di pasar saham sebesar Rp 67,6 triliun.

Secara total asing masih terhitung melepas aset keuangan domestik sebesar Rp 37,5 triliun. Faktor ini juga yang membuat nilai tukar rupiah melemah.

Sepanjang tahun ini, rupiah sudah melemah 4,2%. Selain karena adanya outflows, rupiah juga tertekan karena dolar AS sedang beringas.

Indeks Dolar AS yang menjadi acuan kekuatan greenback tercatat menguat 9,38% secara year to date (ytd).

Depresiasi nilai tukar rupiah pun ikut membayangi pasar keuangan domestik baik obligasi maupun aset berisiko seperti saham.

Peluang outflow yang terbuka tersebut juga meninggalkan konsekuensi bahwa pelemahan harga saham masih terbuka.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular