Sukses Jadi Juara Tiga Sedunia! IHSG Kebal Resesi?

Putra, CNBC Indonesia
28 June 2022 06:55
Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja saham global sedang terguncang. Kekhawatiran akan terjadinya resesi menjadi pemicu utamanya.

Data IDX mencatat dari 36 indeks saham dunia, hanya 8 indeks yang mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami apresiasi 6,6% secara year to date (ytd) dan berhasil menduduki peringkat 1 sebagai indeks berkinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik dan ranking 3 dunia.

Kinerja IHSG hanya kalah dari indeks saham Turki (BIST100) yang naik 36,4% ytd dan indeks saham acuan Chile (IPSA) yang terapresiasi 15,7%.

Sementara itu indeks saham acuan AS kompak terkoreksi dan bahkan masuk zona bearish. Indeks Dow Jones ambles 13,9%, indeks S&P melorot 18,5% dan Nasdaq Composite anjlok 26,9% sepanjang tahun ini.

Bukan hanya resesi saja yang dikhawatirkan oleh pelaku pasar yang membuat aset berisiko seperti saham terus tertekan.

Hantu di pasar keuangan global kini bernama stagflasi. Istilah stagflasi dicirikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang melambat di tengah inflasi yang tinggi.

Laju inflasi dunia meningkat pesat dikarenakan gangguan yang terjadi di rantai pasok global. Belum juga disrupsi di rantai pasok dunia akibat Covid-19 pulih, tensi geopolitik Rusia-Ukraina membuat shock di sisi suplai semakin parah.

Harga minyak dunia tembus US$ 100/barel dan banyak negara yang mengambil langkah proteksionisme sehingga membuat mata rantai pasokan global semakin terancam.

Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman kebijakan moneternya akhir Juni ini pun ikut merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,4% menjadi 3,0%.

Namun BI memandang ekonomi Indonesia masih solid dan tetap memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik di kisaran 4,5-5,3% tahun ini.

Sama seperti negara lain, prospek inflasi di dalam negeri juga diramal naik. BI perkirakan inflasi akhir tahun Indonesia berada di 4,2%. Sedikit di atas sasaran target tetapi masih tergolong terkendali.

Dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang positif dan terkendalinya inflasi terlebih lagi didukung dengan efek kenaikan harga komoditas, investor masih melihat peluang berinvestasi di aset saham dalam negeri.

Ketiga faktor tersebutlah yang membuat investor asing getol memborong saham RI. Data perdagangan mencatat, asing net buy Rp 55 triliun sepanjang 2022 ini di pasar reguler.

Aksi beli asing tersebut juga turut mengangkat kinerja IHSG dan akhirnya membawa indeks saham acuan nasional tersebut menjadi peringkat 3 dunia dari segi return.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular