Perdagangan Sesi I

Perdagangan 'Gelap Gulita', IHSG Ditutup Merah

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Senin, 27/06/2022 11:47 WIB
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi I Senin (27/6/2022) di tengah bayang-bayang sinyal negatif terkait kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang bisa memicu resesi.

IHSG dibuka menguat 0,14% di posisi 7.052,72 dan berakhir melemah 0,83% atau 58,65 poin ke 6.984,27 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 6,71 triliun dengan melibatkan lebih dari 13 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau, namun selang 10 menit perdagangan IHSG terpantau berbalik arah dan konsisten berada di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi I.


Level terendah berada di posisi 6.977,35 sekitar pukul 10:20 WIB dan level tertinggi berada di 7.070,51 sesaat setelah perdagangan dibuka. Sementara, mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 256 unit, sedangkan 233 unit lainnya menguat dan 178 sisanya stagnan.

Setelah sebelumnya data kode broker ditutup, hari ini merupakan hari perdagangan 'gelap gulita' di pasar modal Tanah Air di mana status investor domestik dan asing juga ditutup selama jam perdagangan berlangsung dan baru akan dibuka setelah pasar tutup.

Kekhawatiran ekonomi saat ini akan terus membebani pasar. Tingkat inflasi yang tinggi masih menjadi risiko terbesar atas aset keuangan. Hal ini yang menyebabkan investor cenderung pesimis untuk terus berada di pasar saham.

Ditambah lagi adanya sentimen negatif dari risiko akibat berlanjutnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina serta kebijakan proteksionisme yang memicu krisis pangan global serta agresivitas pengetatan moneter global.

Di sisi lain, pembacaan sentimen konsumen yang diikuti oleh pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan sedikit pelonggaran ekspektasi inflasi.

Menurut survei dari University of Michigan, sentimen konsumen mencapai rekor terendah 50 pada periode Juni 2022. Sementara di permukaan yang tidak positif untuk pasar, investor menyukai angka di dalam laporan yang menunjukkan ekspektasi inflasi 12 bulan oleh konsumen turun kembali ke 5,3%.

Pembacaan sentimen konsumen bisa menjadi sangat penting bagi investor, karena Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa penurunan mengejutkan dalam pembacaan awal adalah salah satu alasan bank sentral menaikkan suku bunga acuannya sebesar tiga perempat poin persentase pada awal bulan ini.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari likuiditas perekonomian atau uang beredar (M2) pada Mei 2022 tetap tumbuh positif. Posisi M2 pada Mei 2022 tercatat sebesar Rp 7.854,8 triliun atau tumbuh 12,1% (yoy), tetap kuat dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2022 yang tercatat sebesar 13,6% (yoy).

Kenaikan posisi uang tersebut berarti likuiditas masih aman di sektor riil. Tetapi sepertinya sentimen positif ini belum mampu mengangkat IHSG pada perdagangan sesi I siang ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat