Meski Melemah, Kinerja Rupiah Membaik Ketimbang Pekan Lalu

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 June 2022 15:07
Ilustrasi Rupiah dan Dollar di teller Bank Mandiri, Jakarta, Senin (07/5). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah. Rupiah melemah 0,32 % dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Harga jual dolar AS di  bank Mandiri Rp. 14.043. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (24/6/2022). Meski demikian, kinerja di pekan ini sudah membaik ketimbang pekan lalu. Dalam 5 hari perdagangan rupiah mampu menguat sebanyak 2 kali, sementara pekan lalu tak pernah mencatat penguatan.

Di awal perdagangan rupiah sebenarnya sempat menguat 0,1% ke Rp 14.820/US$. Sayangnya tidak bertahan lama, rupiah kemudian berbalik melemah dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.835/US$, melemah 0,07% di pasar spot. Sepanjang pekan ini pelemahan rupiah tercatat 0,16%, jauh lebih baik ketimbang minggu lalu yang merosot 1,86%. 

Kebijakan Bank Indonesia (BI) dan bank sentral AS (The Fed) menjadi penggerak utama rupiah di pekan ini. BI mempertahankan suku bunga acuannya 3,5% pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis kemarin. 

Keputusan tersebut diambil karena inflasi di dalam negeri yang masih terkendali, dan nilai tukar rupiah yang pelemahannya tidak terlalu besar.

Meski demikian, BI memberikan sinyal suku bunga akan dinaikkan ketika inflasi inti mulai menanjak.

Hingga Mei, inflasi inti masih di 2,58%, di bawah titik tengah sasaran inflasi BI yang 2-4%.

"BI masih melihat, terus mengamati pengaruh dampak ke inflasi pangan,administered prices,dan lakukan langkah-langkah menjaga confidence masyarakat. BI siap untuk menyesuaikan kebijakan suku bunga apabila ada tanda-tanda kenaikan inflasi inti," ungkap Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo.

Di sisi lain, The Fed menegaskan komitmennya untuk menurunkan inflasi di Amerika Serikat (AS) dengan menaikkan suku bunga lebih agresif.

Seperti diketahui The Fed pada pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%. Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 - 75 basis poin bulan depan, dan di akhir tahun diperkirakan berada di kisaran 3,25% - 3,5%.

Powell memberikan testimoninya di hadapan Kongres AS pada Rabu dan Kamis kemarin. Sejauh ini, Powell masih optimistis dengan kondisi perekonomian AS, pasar tenaga kerja ketat dan demand masih tinggi. Meski demikian, ia juga menyatakan resesi mungkin akan terjadi.

"Itu (resesi) mungkin terjadi. Itu bukan hasil yang kami inginkan, tetapi kemungkinan itu pasti, dan terus terang peristiwa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir di seluruh dunia membuat kami lebih sulit mencapai apa yang kami inginkan, yakni inflasi 2% dengan pasar tenaga kerja yang tetap kuat," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (22/6/2022)

Kekhawatiran akan resesi membuat harga minyak mentah terus merosot, sebab permintaan akan mengalami penurunan jika benar terjadi. Tetapi, penurunan minyak mentah bisa menjadi sentimen positif ke rupiah.

Minyak Brent kemarin turun 1,7% ke US$ 110.05/barel, dan dalam dua pekan ambrol lebih dari 10%.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) bahkan lebih parah lagi. Pada perdagangan Kamis WTI turun 1,8% ke US$ 104,27/barel, dalam dua pekan jeblok lebih dari 14%.

Penurunan harga minyak mentah tentunya bisa mengurangi beban impor Indonesia. Dengan demikian, tekanan bagi pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak semakin berkurang, dan inflasi bisa lebih terjaga.

Dengan inflasi yang terjaga, daya beli masyarakat bisa menguat dan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia berlanjut.

Dengan inflasi yang tetap terjaga, BI juga punya ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih lama lagi, sehingga bisa lebih memacu perekonomian.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular