
Prospek Harga Tembaga Diramal Suram

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia menguat pada perdagangan siang hari ini. Namun, prospek tembaga dipandang masih suram ke depan.
Pada Jumat (24/6/2022) pukul 13:18 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 8.395/ton, menguat 0,7% dibandingkan posisi kemarin.
Sepanjang Juni harga tembaga dunia telah turun 11% secara point-to-point (ptp). Melihat harga tembaga yang sudah murah, para investor memanfaatkan membeli tembaga di harga bawah.
Selain itu, harga tembaga juga didukung oleh pelemahan mata uang Amerika Serikat (AS). Dollar Index (yang mengukur greenback dibandingkan enam mata uang utama) tercatat 104,26, turun 0,17% dibandingkan sebelumnya.
Turunnya Dollar Index menjadi sentimen positif bagi perak yang dibanderol dengan greenback. Sebab menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga tembaga tertekan oleh kekhawatiran resesi semakin kuat yang dapat berpengaruh terhadap permintaan tembaga. Pernyataan Ketua Bank Sentral AS Jerome Powell tentang fokus menurunkan inflasi menjadi sinyal jika The Fed akan menjadi lebih agresif ke depan meskipun hal tersebut bisa berbalik pada pelemahan ekonomi Negeri Paman Sam.
Powell memastikan The Fed akan membawa inflasi ke level 2%. Ini artinya The Fed akan menjadi lebih agresif ke depan meskipun hal tersebut bisa berbalik pada pelemahan ekonomi Paman Sam.
Sebagai catatan, inflasi AS terbang 8,6% pada Mei tahun ini, yang menandai rekor tertinggi sejak Desember 1981.
Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari kenaikan suku bunga. Jika suku bunga naik, ekspansi industri dikhawatirkan melambat karena bunga utang yang juga naik.
Akibatnya permintaan tembaga yang dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri akan melemah.
Analis pasar Reuters Wang Tao berpendapat bahwa harga tembaga di kuartal ketiga 2022 berada dalam tren menurun. Setelah menembus support di US$ 8,907/ton, harga tembaga tampaknya akan jatuh ke area support berikutnya. Breakdown support tersebut mengkonfirmasi pola double top dengan target US$ 7.175/ton.
"Tembaga dapat menguji support di US$ 8.041/ton pada kuartal ketiga, penembusan di bawahnya yang dapat memicu penurunan ke US$ 7.175/ton," kata Wang dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Terlalu Perkasa, Tembaga Merana