Batu Bara Terbang Pepet US$ 400/ton, Sahamnya Hijau Semua Nih

Putra, CNBC Indonesia
24 June 2022 10:26
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai kapitalisasi pasar emiten tambang batu bara nasional terkerek naik oleh harga si batu hitam yang semakin mendekati US$ 400/ton pada perdagangan hari ini.

Harga saham 4 produsen batu bara terbesar di Indonesia kompak bergerak di zona hijau pada perdagangan pagi ini, Jumat (24/6/2022).

Hingga 09.55 WIB, harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY) memimpin penguatan dengan apresiasi sebesar 1,97% ke Rp 1.735/unit. 

Kemudian di posisi kedua ada saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang naik 1,36% ke Rp 2.980/unit.

Penguatan harga juga dialami oleh saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang naik 0,24% dan 0,23%.

Katalis positif datang dari harga batu bara acuan global yang cenderung naik belakangan ini. Harga kontrak batu bara acuan ICE Newcastle ditutup terapresiasi 1,29% ke US$ 397,05/ton kemarin.

Pemicu kenaikan harga batu bara adalah rencana Eropa untuk kembali beralih ke bahan bakar fosil tersebut.

Rencana tersebut merespons krisis energi yang dialami oleh Benua Biru akibat perang Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut dan membuat pasokan gas langka.

Jerman, Italia, Austria dan Belanda kompak memandang penggunaan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai solusi untuk keluar dari krisis energi yang saat ini melanda.

Kondisi juga diperparah dengan Australia yang juga terancam mengalami krisis energi. Sampai saat ini memang Australia belum melakukan aksi pelarangan ekspor batu bara.

Namun di tengah tren kebijakan proteksionisme yang dilakukan di banyak negara yang marak saat ini, maka ancaman krisis energi di Negeri Kangguru patut menjadi perhatian.

Eropa yang selama ini mendapatkan pasokan energi dari Rusia pun kini harus putar otak untuk mencari suplai pengganti.

Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar dunia berpeluang mengambil pasar Eropa di tengah kondisi seperti sekarang ini.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa terdapat permintaan batu bara Indonesia dari Jerman seiring dengan aksi boikot sejumlah negara di Eropa terkait kegiatan ekspor impor komoditas asal Rusia.

Jelas situasi ini menguntungkan untuk Indonesia terutama emiten-emiten tambang batu hitam. Secara historis, harga batu bara global berkorelasi positif dengan pergerakan harga sahamnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular