Rupiah Jaya! Kurs Dolar Australia Merosot Lagi

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 June 2022 12:00
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia turun lagi melawan rupiah pada perdagangan Kamis (23/6/2022), melanjutkan penurunan Rabu kemarin. Rupiah masih bertenaga pada hari jelang pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).

Pada pukul 10:35 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.226/AU$, merosot 0,67% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Bank Indonesia (BI) menjadi perhatian utama, ada sinyal kuat suku bunga masih akan ditahan.

Gubernur BI Perry Warjiyo akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2022 siang nanti. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bertahan di 3,5%. Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Bila BI nantinya memang tetap mempertahankan BI 7-DRRR berarti suku bunga acuan sebesar 3,5% akan bertahan selama 16 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Perry juga memberikan sinyal tidak ada kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Arah kebijakan suku bunga masih tertuju mendorong perekonomian.

"Kebijakan moneter akan terus pro-stability. Dengan inflasi yang rendah, kita tidak perlu terburu-buru untuk menaikkan suku bunga," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Bank Dunia, Rabu (22/6/2022).

Meski demikian, pelaku pasar akan melihat bagaimana respon BI terhadap kebijakan terbaru bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.

Sementara itu harga minyak mentah yang merosot memberikan sentimen positif ke rupiah. Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent sudah menurun dalam dua pekan terakhir.

Hari ini WTI jeblok 2,3% ke US$ 103,55/barel dan berada di level terendah sejak pertengahan Mei lalu. Dalam dua pekan, WTI merosot nyaris 15%.

Kemudian minyak jenis Brent turun 2,1% ke US$ 109,28/barel dan dalam dua pekan jeblok lebih dari 11%.

Penurunan harga minyak mentah tentunya bisa menurunkan beban impor Indonesia. Dengan demikian, tekanan bagi pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak semakin berkurang, dan inflasi bisa lebih terjaga.

Dengan inflasi yang terjaga, daya beli masyarakat bisa menguat dan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia berlanjut.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Rupiah Kuat sih, Tapi Bukan Tandingan Dolar Australia


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading