Batu Bara ke US$ 400/Ton! ADRO Pede Perpanjang Buyback Rp 4 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara tampaknya masih nyaman berada di dekat level psikologis US$ 400/ton. Pada perdagangan kemarin, Rabu (22/6/2022), harga kontrak berjangka ICE Newcastle ditutup di US$ 395/ton.
Sentimen yang dominan di pasar adalah Eropa yang kembali merangkul batu bara setelah sekian lama terus berupaya meninggalkan bahan bakar fosil yang satu ini. Rencana tersebut merespons krisis energi yang dialami oleh Benua Biru akibat perang Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut dan membuat pasokan gas langka.
Jerman, Italia, Austria dan Belanda kompak memandang penggunaan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai solusi untuk keluar dari krisis energi yang saat ini melanda.
Kondisi juga diperparah dengan Australia yang juga terancam mengalami krisis energi. Sampai saat ini memang Australia belum melakukan aksi pelarangan ekspor batu bara.
Namun di tengah tren kebijakan proteksionisme yang dilakukan di banyak negara yang marak saat ini, maka ancaman krisis energi di Negeri Kangguru patut menjadi perhatian.
Eropa yang selama ini mendapatkan pasokan energi dari Rusia pun kini harus putar otak untuk mencari suplai pengganti.
Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar dunia berpeluang mengambil pasar Eropa di tengah kondisi seperti sekarang ini.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa terdapat permintaan batu bara Indonesia dari Jerman seiring dengan aksi boikot sejumlah negara di Eropa terkait kegiatan ekspor impor komoditas asal Rusia.
Kemarin, harga saham emiten batu bara bergerak variatif. Saham emiten tambang batu bara BUMN PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih memimpin penguatan dengan apresiasi 2,23%.
Sedangkan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) malah stagnan. Sisanya seperti PT Indo Tambagraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Indika Energy Tbk (ITMG) cenderung terkoreksi.
Memang secara historis pergerakan harga batu bara dan sahamnya cenderung searah. Sehingga kenaikan harga batu bara menjadi katalis positif untuk harga sahamnya.
Namun jika menyoal potensi pasar Eropa, sebenarnya ADRO merupakan emiten yang diuntungkan. Hal ini lantaran ADRO yang sudah mengekspor batu bara ke Eropa sejak kuartal I-2022.
Memang secara volume masih kecil karena pangsa pasar terbesar ADRO dan emiten lain memang masih berada di kawasan Asia.
Tetap ciamiknya prospek batu bara inilah yang menyebabkan manajemen yakin sehingga memperpanjang aksi korporasi pembelian kembali saham alias buyback.
Perseroan berencana memperpanjang periode pembelian kembali (buyback) saham perseroan. Perpanjangan periode buyback pada 20 Juni 2022-19 September 2022 dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 4 triliun.
"Perseroan bermaksud untuk melakukan perpanjangan kembali selama tiga bulan sejak tanggal keterbukaan informasi ini karena akan berakhirnya periode perpanjangan kedua pembelian kembali saham perseroan pada 21 Juni 2022," ungkap Sekretaris Perusahaan PT Adaro Energy indonesia Tbk, Mahardika Putranto dalam keterbukaan informasi bursa, Selasa (21/6/2022).
Mahardika juga menyebutkan masih terdapat sejumlah saham yang dapat dibeli kembali oleh perseroan dari ketentuan jumlah maksimal pembelian kembali saham, sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK Nomor 2/POJK.04/2013 tentang pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan.
"Perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja dan pendapatan perseroan. Itu karena saldo laba dan arus kas perseroan yang tersedia saat ini sangat mencukupi untuk kebutuhan dana pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan pada periode perpanjangan kembali," ujar Mahardika.
(trp)