Harga Tembaga Longsor, Turun 2% Lebih! Ada Apa Ya?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia jatuh pada perdagangan hari ini ke posisi terendah sejak Maret 2021 terseret oleh kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global.
Pada Rabu (22/6/2022) pukul 15.25 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 8.738/ton, anjlok 2,55% dibandingkan harga penutupan perdagangan kemarin.
Saat ini fokus investor tertuju ke bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed). Bos The Fed Jerome Powell dijadwalkan akan memberikan pidato pada 22 Juni 2022 nanti.
Para investor menanti pernyataan Powell terkait langkah lanjutan The Fed setelah kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin. Apakah The Fed tetap agresif atau akan mulai lebih tenang.
Menurut perangkat FedWatch milik CME group, investor melihat probabilitas sebesar 98,1% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25-2,5%.
Tembaga sebagai "the new oil" akan terdampak negatif dari kenaikan suku bunga. Sebab tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan perlengkapan sehari-hari, pembangunan, infrastruktur, transportasi, dan industri.
"Logam dasar tetap tertekan oleh prospek permintaan yang menantang terkait dengan penguncian COVID-19 China dan pengetatan kebijakan moneter yang meningkatkan kekhawatiran resesi atas trade-off antara inflasi dan pertumbuhan," tulis Standard Chartered dalam sebuah catatan.
"Kami mengharapkan kompleks logam dasar untuk terus mengambil isyarat dari perkembangan makro, pergerakan USD, pergerakan pasar eksternal dan tren selera risiko."
Pada laporan terbaru tentang Prospek Ekonomi Global yang dirilis oleh Bank Dunia, Ekonomi global diproyeksikan melambat menjadi 2,9% year-on-year/yoy pada tahun 2022, lebih rendah dari proyeksi Januari sebesar 4,1% yoy. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 jauh melambat. Tahun lalu ekonomi global bertumbuh 5,7% yoy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)