Kabar Pasar Hari Ini, Ada Soal Gosip Dirut BEI yang Baru

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
22 June 2022 07:55
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Tak Bagikan Dividen, INCO Rombak Direksi dan Komisaris

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memutuskan tidak membagikan dividen dari laba tahun buku 2021. Hal itu tertuang dalam hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar hari ini, Selasa (21/6/2022).

"Dengan pertimbangan kebutuhan belanja modal untuk 3 proyek berjalan di Bahodopi, Pomalaa dan Sorowako, serta modal kerja Perseroan di tahun-tahun yang akan datang, pemegang saham menyetujui bahwa tidak terdapat dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2021 dengan mempertimbangkan rekomendasi Direksi dan Dewan Komisaris," ungkap manajemen INCO dalam siaran pers, Selasa (21/6/2022).

Selain soal penetapan laba bersih, hasil RUPST juga menyetujui perubahan susunan pengurus perseroan. Sesuai dengan surat pengunduran diri Dani Widjaja sebagai Direktur dan Hendi Prio Santoso sebagai Wakil Presiden Komisaris Perseroan, Perseroan dengan ini meminta persetujuan atas penerimaan pengunduran diri tersebut, masing-masing berlaku efektif pada tanggal 30 April 2022 dan 31 Mei 2022.

Bukan Cuma Djarum, Inilah Raja Pabrik Rokok di Indonesia!

Industri rokok diketahui telah menyumbang kontribusi yang cukup besar bagi ekonomi Indonesia. Lantas, perusahaan apa saja yang memiliki pabrik rokok terbesar di Indonesia?
Berikut daftar nama perusahaan pemilik pabrik rokok terbesar di Indonesia.

1. PT Djarum

PT Djarum awalnya merupakan sebuah pabrik rokok kretek kecil di Kudus dan dinamai Djarum Gramophon. Kemudian pada 21 April 1951, Oei Wie Gwan membeli pabrik tersebut dan disingkatnya menjadi Djarum.

Kedua anak Oei Wie Gwan yaitu Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, ikut membangun Djarum hingga berhasil menjadi salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia.

Bahkan, menurut catatan Mark Hanusz dalam Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes (2000:136&142), kedua kakak beradik tersebut telah membangun penelitian dan pengembangan terkait produk mereka sejak 1970 dan memakai mesin-mesin untuk meningkatkan produksi.

Bisnis rokok mengantarkan anak-anak Oei Wie Gwan menjadi konglomerat. Mereka juga terjun ke bisnis produk elektronika (Polytron), perkebunan (HPI Argo), pusat perbelanjaan (Grand Indonesia), perdagangan elektronik (Blibli), agen perjalanan daring (tiket.com) dan di perbankan mereka pemilik Bank Central Asia (BCA).

2. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

Pabrik rokok di Indonesia tak terpisahkan dengan nama produk papan atas seperti Gudang Garam. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) telah berdiri sejak 1958 di kota Kediri, Jawa Timur dan dibangun oleh Tjoa Jien Hwie atau dikenal sebagai Surya Wonowidjojo.

Awal mula, GGRM hanya memperkerjakan 50 karyawan yang merupakan bekas pekerja rokok cap 93. Kini, GGRM termasuk produsen rokok yang menyumbang cukai rokok bagi kas negara dan telah memperkerjakan ribuan orang di Kediri.

Setelah sang pendiri tutup usia pada 29 Agustus 1985, kemudian bisnisnya dipegang oleh keturunannya, Susilo Wonowidjojo. Kini Wonowidjojo termasuk dalam barisan keluarga terkaya Indonesia.

3. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) atau HM Sampoerna, telah berdiri sejak 1913 atau lebih dari satu dekade oleh Liem Seeng Tee. Produk andalan Sampoerna adalah Djie Sam Soe.

Selain itu, mereka juga merilis Sampoerna Star, Summer Palace, dan Statue of Liberty. Sampoerna Star dianggap sebagai rokok berfilter pertama di Indonesia.

Hingga saat ini, HMSP telah mempekerjakan sebanyak 20.900 karyawan tetap di Sampoerna hingga anak perusahaan. Sampoerna juga bekerja sama dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang pabriknya tersebar di pulau Jawa dan memiliki sekitar 44.900 pekerja untuk memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT).

Tahun 2021, HMSP memiliki pangsa pasar sebesar 28%. Kini, bisnis keluarga Sampoerna melebar dan terjun ke agro industri, perbankan, dan bidang-bidang lainnya.

(RCI/dhf)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular