Sempat Jeblok, Kurs Dolar Singapura Balik Naik ke Rp 10.690

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 June 2022 14:20
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura berfluktuasi melawan rupiah pada perdagangan Selasa (21/6/2022), tetapi masih belum jauh dari rekor termahal di tahun ini. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh sentimen pelaku pasar yang mulai membaik, dan menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).

Sentimen pelaku pasar yang membaik terlihat dari pergerakan bursa saham Asia yang mayoritas menghijau, rupiah pun mendapat tenaga. Pagi tadi dolar Singapura sempat jeblok 0,33%, sebelum berbalik menguat. Pada pukul 12:47 WIB, dolar Singapura menguat 0,17% ke Rp 10.693/SG$, di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis nanti menjadi perhatian.

Gubernur BI Perry Warjiyo sejauh ini masih enggan menaikkan suku bunga, sebab inflasi masih terjaga. Dengan suku bunga yang dipertahankan di rekor terendah 3,5%, diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

"BI tentu saja tidak harus terpaksa menaikkan suku bunga," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar INDEF bertajuk Managing Inflation to Boost Economic Growth, Rabu (15/6/2022).

Menurut Perry langkah normalisasi yang dijalankan BI adalah kenaikan giro wajib minimum (GWM) perbankan.

"Kami tetap akan dan sudah melakukan normalisasi. dengan menaikkan GWM. bahkan dengan RDG kami percepat normalisasi likuiditas tadi tanpa mengganggu perbankan menyalurkan kredit," jelasnya.

BI akan tetap terus memantau perkembangan ke depan, khususnya dari sisi global, baik perang Rusia dan Ukraina hingga arah kebijakan moneter negara di dunia.

"Semoga tidak ada kejutan di global dan domestik sehingga pemulihan terus berlanjut. Stabilitas sistem keuangan terjaga rupiah terjaga dan semua menuju Indonesia maju," pungkasnya.

Namun, sehari setelah pernyataan tersebut bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%. Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak tahun 1994.

Meski tidak terlalu mengejutkan, karena sudah diperkirakan oleh pelaku pasar, agresivitas tersebut tentunya lebih tinggi dari proyeksi BI yang melihat suku bunga The Fed masih di bawah 3% di akhir tahun ini.

Berdasarkan Fed Dot Plot yang dirilis setiap akhir kuartal, mayoritas anggota komite pembuat kebijakan moneter (FOMC) The Fed melihat suku bunga di akhir tahun berada di 3,4% atau di rentang 3,25% - 3,5%.

Artinya, suku bunga The Fed akan nyaris sama jika BI tidak menaikkan suku bunga yang saat ini 3,5% hingga akhir tahun nanti. Hal ini bisa memicu capital outflow dari pasar dalam negeri yang bisa membuat rupiah semakin tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Efek Kebijakan BI Cuma Sehari, Dolar Singapura Menguat Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular