Bunga Acuan (Mungkin) Ditahan, IHSG Menguat 0,58%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 21/06/2022 11:54 WIB
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (21/6/2022) dipicu oleh sentimen dalam negeri di mana Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih menahan suku bunga acuan di rekor terendah 3,5%.

IHSG dibuka menguat di 7.005,04 dan berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,58% atau 40,35 poin ke 7.016,72 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,9 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau. Selang 5 menit saja, IHSG menguat dengan apresiasi 0,31% ke 6.999,51. Seiring dengan berjalannya waktu perdagangan IHSG masih nyaman di zona hijau.


Pada pukul 09:30 WIB IHSG tercatat sempat menyentuh zona merah, tapi tak berapa lama IHSG kembali menguat hingga penutupan perdagangan sesi I. Level terendah berada di posisi 6.967,62 sekitar pukul 09:30 WIB dan level tertinggi berada di 7.029,31 menjelang penutupan perdagangan.

Mayoritas saham menguat yakni sebanyak 333 unit, sedangkan 190 unit lainnya melemah dan 144 sisanya stagnan. Sementara itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 264,77 miliar di pasar reguler.

Dua saham yang paling banyak diborong asing yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 55,6 miliar dan Rp 15,6 miliar. BBNI tercatat melesat 3,38% ke Rp 8.400/unit dan UNVR naik 0,5% ke Rp 5.050/unit.

Sementara itu, saham yang paling banyak dilepas adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 115,2 miliar dan 27,4 miliar. MDKA tercatat naik 2,86% ke 4.680/unit sementara BUMI turun 2,78% ke Rp 70/unit.

Pasar keuangan AS libur di awal pekan memperingati hari emansipasi. Fokus pasar saat ini masih seputar kebijakan moneter bank sentral. Sentimen dari dalam negeri pun mejnadi tumpuan untuk membawa IHSG ke zona hijau pada perdagangan sesi I siang ini.

Bank Indonesia (BI) sampai saat ini masih enggan untuk menaikkan suku bunga. BI memilih mengetatkan likuiditas di perekonomian dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM). Pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Mei, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan tak perlu mengekor kenaikan suku bunga The Fed.

"Kalau mengukur kebijakan moneter jangan hanya mengukur suku bunga. Kebijakan moneter Bank Indonesia yakni likuiditas, kita lakukan pengurangan, kemudian nilai tukar dan yang ketiga suku bunga," kata Perry.

Dengan suku bunga ditahan di rekor terendah 3,5%, diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selama inflasi masih terjaga, BI sepertinya masih akan terus mempertahankan suku bunganya.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan BI tidak akan terburu-buru dalam menaikkanBI 7-Day Reverse Repo Rate(BI7DRR) sebesar 3,5% karena inflasi masih terkendali. Kenaikan harga komoditas juga akan mendongkrak surplus neraca perdagangan sehingga menopang stabilitas rupiah.

Di sisi lain, tak bisa dipungkiri tingginya inflasi, kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta kekhawatiran resesi masih terus menghantui pasar. Lonjakan inflasi turut membuat pasar khawatir The Fed akan mengambil kebijakan yang lebih agresif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tunggu Pengumuman Penting The Fed, Begini Nasib Saham & SBN