Bukan Cuma Djarum, Inilah Raja Pabrik Rokok di Indonesia!

aaf, CNBC Indonesia
Selasa, 21/06/2022 12:25 WIB
Foto: Infografis/ Cukai Naik, Harga Rokok Bakal Selangit/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia- Industri rokok diketahui telah menyumbang kontribusi yang cukup besar bagi ekonomi Indonesia. Lantas, perusahaan apa saja yang memiliki pabrik rokok terbesar di Indonesia?

Berikut daftar nama perusahaan pemilik pabrik rokok terbesar di Indonesia.

1. PT Djarum


PT Djarum awalnya merupakan sebuah pabrik rokok kretek kecil di Kudus dan dinamai Djarum Gramophon. Kemudian pada 21 April 1951, Oei Wie Gwan membeli pabrik tersebut dan disingkatnya menjadi Djarum.

Kedua anak Oei Wie Gwan yaitu Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, ikut membangun Djarum hingga berhasil menjadi salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia.

Bahkan, menurut catatan Mark Hanusz dalam Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes (2000:136&142), kedua kakak beradik tersebut telah membangun penelitian dan pengembangan terkait produk mereka sejak 1970 dan memakai mesin-mesin untuk meningkatkan produksi.

Bisnis rokok mengantarkan anak-anak Oei Wie Gwan menjadi konglomerat. Mereka juga terjun ke bisnis produk elektronika (Polytron), perkebunan (HPI Argo), pusat perbelanjaan (Grand Indonesia), perdagangan elektronik (Blibli), agen perjalanan daring (tiket.com) dan di perbankan mereka pemilik Bank Central Asia (BCA).

PT Djarum merupakan satu-satunya perusahaan rokok besar yang tidak melantai di Bursa Efek Indonesia, sehingga data keuangannya belum dapat diakses.

Adapun, berdasarkan laporan dari Forbes Real Times Billionair, R. Budi Hartono ditaksir mengantongi kekayaan sebesar US$ 23,4 miliar atau setara dengan Rp 334,62 triliun.

Sementara itu Michael Hartono ditaksir memiliki kekayaan sebesar US$ 22,5 miliar atau sekitar Rp 321,75 triliun. Keduanya telah mempertahankan posisi pertama sebagai orang terkaya Indonesia selama bertahun-tahun.

2. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

Pabrik rokok di Indonesia tak terpisahkan dengan nama produk papan atas seperti Gudang Garam. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) telah berdiri sejak 1958 di kota Kediri, Jawa Timur dan dibangun oleh Tjoa Jien Hwie atau dikenal sebagai Surya Wonowidjojo.

Awal mula, GGRM hanya memperkerjakan 50 karyawan yang merupakan bekas pekerja rokok cap 93. Kini, GGRM termasuk produsen rokok yang menyumbang cukai rokok bagi kas negara dan telah memperkerjakan ribuan orang di Kediri.

Setelah sang pendiri tutup usia pada 29 Agustus 1985, kemudian bisnisnya dipegang oleh keturunannya, Susilo Wonowidjojo. Kini Wonowidjojo termasuk dalam barisan keluarga terkaya Indonesia.

Namun, perolehan laba bersih GGRM menurun drastis pada kuartal I/2022. Secara tahunan, laba bersih GGRM terkontraksi 38,37% secara tahunan (YoY) dari Rp 1,75 triliun setahun lalu menjadi Rp 1,08 triliun per akhir Maret 2022.

Hingga akhir Maret 2022 nilai aset yang dimiliki Gudang Garam mencapai Rp 88,541 triliun atau turun 1,58% YoY dari posisi per kuartal I/2021 yakni Rp 89,964 triliun.

Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai variasi, mulai dari sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM).

3. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) atau HM Sampoerna, telah berdiri sejak 1913 atau lebih dari satu dekade oleh Liem Seeng Tee. Produk andalan Sampoerna adalah Djie Sam Soe.

Selain itu, mereka juga merilis Sampoerna Star, Summer Palace, dan Statue of Liberty. Sampoerna Star dianggap sebagai rokok berfilter pertama di Indonesia.

Hingga saat ini, HMSP telah mempekerjakan sebanyak 20.900 karyawan tetap di Sampoerna hingga anak perusahaan. Sampoerna juga bekerja sama dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang pabriknya tersebar di pulau Jawa dan memiliki sekitar 44.900 pekerja untuk memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT).

Tahun 2021, HMSP memiliki pangsa pasar sebesar 28%. Kini, bisnis keluarga Sampoerna melebar dan terjun ke agro industri, perbankan, dan bidang-bidang lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Meramal Bisnis Rokok, Emiten Mana Paling Untung?