
IHSG Kembali ke Psikologis 7.000, Semoga Naik Terus Ya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka hijau menembus level psikologis 7.000, tepatnya 7.019,78 pada perdagangan Selasa (21/6/2022).
Selang 5 menit, IHSG masih nyaman di zona hijau dengan apresiasi 0,32% ke 6.999,51. Investor asing mencatatkan netsell dengan nilai sebesar Rp 35 miliar pagi ini.
Saham yang paling banyak diborong asing adalah saham BBNI dan saham ITMG dengan nilai net buy masing-masing Rp 13 miliar dan Rp 8 miliar.
Sedangkan saham yang paling banyak dilepas asing pagi ini adalah saham BUMI dan saham SMGR dengan net sell senilai Rp 12 miliar dan Rp 6 miliar.
Pasar keuangan AS libur di awal pekan memperingati hari emansipasi. Fokus pasar saat ini masih seputar kebijakan moneter bank sentral.
Tidak hanya The Fed, beberapa bank sentral utama jugamencla-mencle. Hal ini menunjukkan perekonomian global dipenuhi ketidakpastian terutama akibat 'tsunami' inflasi.
Bank sentral Inggris bahkan disebutUnreliable Boyfriend. Kemudian bank sentral Australia di awal tahun ini menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga, tetapi nyatanya sudah sampai saat ini sudah 2 kali menaikkan suku bunga, bahkan lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) sampai saat ini masih enggan untuk menaikkan suku bunga. BI memilih mengetatkan likuiditas di perekonomian dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM).
Pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Mei, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan tidak perlu merespons kenaikan suku bunga The Fed dengan ikut menaikkan suku bunga.
"Kalau mengukur kebijakan moneter jangan hanya mengukur suku bunga. Kebijakan moneter Bank Indonesia yakni likuiditas, kita lakukan pengurangan, kemudian nilai tukar dan yang ketiga suku bunga," kata Perry.
Dengan suku bunga ditahan di rekor terendah 3,5%, diharapkan mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selama inflasi masih terjaga, BI sepertinya masih akan terus mempertahankan suku bunganya. Apalagi, nilai tukar rupiah meski pada pekan lalu terpuruk, tetapi pelemahannya sepanjang tahun ini masih lebih baik ketimbang mata uang utama Asia lainnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan BI tidak akan terburu-buru dalam menaikkanBI 7-Day Reverse Repo Rate(BI7DRR) sebesar 3,5% karena inflasi masih terkendali. Kenaikan harga komoditas juga akan mendongkrak surplus neraca perdagangan sehingga menopang stabilitas rupiah.
"Kami memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan pada semesterI tahun ini. Kenaikan suku bunga acuan akan sangat tergantung pada kondisi inflasi pada semester kedua mendatang," tutur Faisal, dalamMacroBrieftanggal 16 Juni 2022.
Bank Mandiri memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan maksimal 75% pada tahun ini sehingga BI-7DRR akan ada di 4,25% pada akhir tahun.
Senada, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana juga memperkirakan BI tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya, suku bunga acuan BI kemungkinan akan naik paling cepat pada kuartal III tahun. Pasalnya, pada kuartal III kemungkinan surplus neraca perdagangan mengecil sementara inflasi inti naik sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik.
(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000