Berkat China, Kejatuhan Harga Tembaga Berhenti

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 June 2022 11:59
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia stabil pada perdagangan hari ini, setelah jatuh ke posisi terendah sejak 1 Oktober 2021.

Pada Senin (20/6/2022) pukul 11:00 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 8.949/ton, sama dengan harga penutupan akhir pekan lalu.


Tren menurun tembaga selama dua pekan terakhir mulai melandai. Sebelumnya tembaga mencatatkan penurunan selama tujuh hari perdagangan beruntun dan mencapai posisi terendah sejak 1 Oktober 2021.

Harga tembaga ditopang oleh sikap bank sentral China yang mempertahankan suku bunga pinjaman acuan untuk pinjaman perusahaan dan rumah tangga. Kebijakan ini sesuai ekspektasi sehingga diharapkan mampu menjadi pendorong ekonomi China yang goyang karena virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Harapan ekonomi China yang mampu bertahan karena Covid-19 menjadi angin segar bagi tembaga karena Negeri Panda tersebut adalah konsumen tembaga terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.

Selain itu, mata uang dolar AS yang melemah. Dollar Index (yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama lainnya) turun 0,3% ke posisi 104,38.

Hal ini menjadi sentimen positif bagi tembaga yang dibanderol dengan greenback karena membuatnya menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Terlalu Perkasa, Tembaga Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular