Sepekan, Rupiah Jadi Mata Uang Terburuk di Asia! Ambles 1,86%
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ambles pada perdagangan pekan ini. Bahkan, rupiah telah terkoreksi selama 5 hari beruntun. Apa penyebabnya?
Melansir Refinitiv, di sepanjang pekan ini, mata uang Tanah Air membukukan pelemahan yang cukup signifikan sebesar 271 poin atau terkoreksi 1,86% di hadapan dolar AS dan menjadi koreksi terbesar secara mingguan sejak Juni 2020.
Rupiah menutup perdagangan pekan ini dengan berakhir di Rp 14.821/US$ atau ambles 0,38% di pasar spot.
Pasar mata uang global telah diguncang oleh kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994 menjadi 1,5%-1,75%.
Pada awalnya, pasar global merespon positif hingga rupiah pun sempat menguat di perdagangan Kamis (16/6) terhadap sang greenback. Kemudian, rupiah pun berbalik arah menjadi melemah hingga menutup pekan ini.
Indeks dolar AS yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang dunia lainnya telah naik 0,732% ke posisi 104,64 dan berhasil mencatatkan penguatannya sebanyak 0,4% di sepanjang pekan ini.
Pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed untuk meredam inflasi pada awalnya disambut baik oleh pasar, tapi rilis data ekonomi AS pekan ini rupanya berbeda dengan pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell.
Powell sebelumnya menyatakan tidak melihat tanda-tanda pelambatan ekonomi yang luas. Namun, data berkata lain. Dari sektor perumahan pada Mei terjadi penurunan pembangunan rumah hingga 14,4%, padahal saat ini di Amerika Serikat sedang terjadi kelangkaan rumah bahkan dikatakan pada level kronis.
Kemudian sektor manufaktur di wilayah Philadelpiha kembali mengalami kontraksi, pengajuan klaim tunjangan pengangguran mingguan juga lebih tinggi dari perkiraan.
Di tambah dengan inflasi yang mencapai level tertinggi 41 tahun, tingkat keyakinan konsumen menjadi merosot, dan penjualan ritel turun 0,3% pada Mei dari bulan sebelumnya.
Ketika tingkat keyakinan konsumen merosot, maka belanja rumah tangga yang merupakan tulang punggung perekonomian juga akan menurun. Hal ini berdampak buruk pada perekonomian Amerika Serikat.
Keagresifan the Fed untuk menaikkan suku bunga telah meningkatkan kecemasan akan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan resesi di AS.
Hal tersebut sontak membuat bursa saham AS ambles, di mana indeks Dow Jones jeblok hingga 2,4%, S&P 500 3,25%, dan Nasdaq merosot lebih dari 4% pada perdagangan Kamis (16/6).
Amblesnya kiblat bursa saham dunia tersebut, tentunya memberikan kapitalis negatif untuk bursa saham global dan akhirnya membuat rupiah pun tertekan.
Di Asia, mayoritas mata uang terkoreksi terhadap dolar AS, hanya ringgit Malaysia yang bergerak stagnan.
Rupiah menjadi mata uang di Asia dengan pelemahan terbesar sepekan ini. Disusul oleh baht Thailand yang juga terkoreksi 1,38% terhadap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)