Penguatan Terpangkas, IHSG Gak Jadi Finish di 7.100 Deh
Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,62% ke 7.050,33 pada perdagangan Kamis (16/6/2022).
IHSG konsisten bergerak di zona hijau sejak awal perdagangan. Indeks di sesi I melesat 1,62%. Namun di sesi II, IHSG memangkas penguatan.
Asing mencatatkan inflow di pasar saham domestik dengan net buy senilai Rp 392 miliar di pasar reguler.
Saham BMRI dan BBCA menjadi yang paling banyak diborong asing dengan net buy Rp 314 miliar dan Rp 138 miliar.
Sedangkan saham paling banyak dilepas asing adalah saham BBNI dan ANTM dengan net sell sebesar Rp 104 miliar dan Rp 62 miliar.
IHSG masih kuat melesat ketika banyak indeks saham Asia justru tertekan. Indeks Nikkei 225 menemani IHSG di zona hijau dengan apresiasi 0,4%.
Bursa saham AS reli di perdagangan Rabu (15/6), setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin dan memberikan sinyal akan kembali melakukan hal serupa pada Juli, memberikan keyakinan kepada investor bahwa the Fed berjanji untuk meredamkan inflasi.
Indeks Dow Jones melesat 303,7 poin atau 1% dan menghentikan penurunan selama lima hari beruntun ke 30.668,53. Indeks S&P 500 naik 1,46% ke 3.789,99. Sedangkan, Nasdaq lompat 2,5% ke 11.099,15.
Acuan suku bunga The Fed untuk tahun ini berada di 3,4%, berdasarkan titik tengah dari ekspektasi anggotanya.
The Fed juga memangkas proyeksi PDB tahun ini ke 1,7% dari 2,8% prediksinya di Maret lalu. Sementara itu, proyeksi inflasi naik ke 5,2% tahun ini dari 4,3%, tapi The Fed memprediksikan inflasi akan melandai di 2023.
Sentimen penggerak hari ini datang dari Benua Biru, di mana Bank of England (BOE) juga dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan moneternya sore hari ini waktu Indonesia.
BOE diprediksikan akan mengekor keagresifan The Fed untuk meredam inflasi yang melonjak.
Menurut polling analis Reuters pekan lalu, sebanyak 55 analis memproyeksikan bahwa BOE akan menaikkan suku bunga acuannya pada hari ini menjadi 1,25% dari 1%. Namun, banyak pula yang menilai kenaikan ke 1,5% masih memiliki potensi yang besar.
Beberapa analis menilai bahwa BOE harus menahan tekanan untuk bergabung dengan bank sentral lainnya untuk bertindak hawkish, mengingat Inggris terlihat lebih rentan terhadap resesi ketimbang negeri lainnya.
Pasar masih diwarnai dengan volatilitas tinggi menyambut berbagai respons pengambil kebijakan dalam menangani ekonomi yang sudah mulai overheat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)