Singapura Krisis Ayam, Peluang Buat Emiten Ini Genjot Ekspor

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Kamis, 16/06/2022 11:05 WIB
Foto: Membedah Bisnis Masa Depan Widodo Makmur Perkasa

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura tengah dilanda kekurangan pasokan ayam potong. Krisis ini memukul sejumlah bisnis yang memproduksi makanan nasional Singapura, yakni nasi ayam.

Perusahaan di bidang peternakan serta pengolahan daging dan unggas PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) mengaku terbuka peluang untuk melakukan ekspor ke Singapura.

CEO & Founder Widodo Makmur Perkasa Tumiyana mengatakan, peluang ekspor tersebut didukung oleh adanya sertifikat yang menjadi standar izin ekspor menuju negara manapun.


"Kita dapat sertifikat itu adalah internasional standar. Jadi kita diizinkan ekspor ke manapun," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, dikutip Kamis (16/6/2022).

Sementara, Presiden Direktur PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) Ali Mas'adi mengatakan, krisis pasokan ayam di Singapura menjadi peluang pasar yang menggiurkan. "Lihat kondisi Singapura. Peluang market luar biasa bagi kami," ucapnya.

Menurutnya, fasilitas perusahaan yang berlokasi di Wonogiri, Jawa Tengah juga dibuat untuk mendukung ekspor. Jika pemerintah Singapura membuka keran impor maka pihaknya siap untuk melakukan penjualan di sana.

"Sertifikasi untuk food secure sehingga tinggal G to G (government to government)," ujarnya saat paparan publik. "Jika dibuka, langsung go ekspor," ungkapnya.

Ali menambahkan, perusahaan juga memiliki strategi berbeda dalam menghadapi kenaikan harga pakan ternak, yaitu berfokus pada bisnis downstream atau rumah pemotongan hewan sehingga harga pakan ternak tidak berpengaruh signifikan. Sebab, kontribusi pendapatan yang mencapai 90% berasal dari produk daging ayam.

Selain itu, ia menambahkan, perseroan juga menghadapi tantangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk kedelai seiring harga komoditas bahan pakan ternak yang naik.

Sehingga, pihaknya akan meningkatkan kualitas bahan baku lokal melalui beberapa teknologi di WMUU untuk melakukan riset dalam mengurangi ketergantungan produk buntil kedelai.

"Biasa dipakai 25 persen, akan dikurangi jadi 15 persen, cost pakan lebih kompetitif," pungkasnya.


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan