Yakin Kuat Tahan Bunga, BI?
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi nasional pada 2022 mencapai 4,2%. Kendati demikian, MH Thamrin kemungkinan tidak akan buru-buru menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini karena laju inflasi itu dinilai masih terkendali.
"Kemungkinan IHK (Indeks Harga Konsumen) 4,2%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar INDEF bertajuk Managing Inflation to Boost Economic Growth, Rabu (15/6/2022).
Jika ramalan Perry menjadi kenyataan maka laju inflasi Indonesia pada tahun ini akan menjadi yang tertinggi sejak 2014 atau delapan tahun terakhir. Sebagai catatan, inflasi Indonesia selalu di bawah 4% sepanjang 2015-2021.
Perry mengatakan inflasi inti juga masih terkendali di kisaran 2-4%. Proyeksi inflasi tersebut sudah memperhitungkan kebijakan pemerintah dalam menahan harga energi, khususnya Pertalite, listrik, dan Elpiji 3 kg.
Indonesia mencatatkan inflasi sebesar 0,4% (month to month/mtm) sementara secara tahunan tercatat 3,55% pada Mei tahun ini. Inflasi tahunan tersebut adalah yang tertinggi sejak Desember 2017.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan BI tidak akan terburu-buru dalam menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50% karena inflasi masih terkendali. Kenaikan harga komoditas juga akan mendongrak surplus neraca perdagangan sehingga menopang stabilitas rupiah.
Sebagai catatan, kubu bank sentral sudah mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5% sejak Februari 2021. BI memilih untuk menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) dalam operasi moneternya.
Bulan lalu, BI mengumumkan kewajiban GWM rupiah untuk bank umum konvensional, yang saat ini sebesar 5% naik menjadi 6% mulai 1 Juni 2022, dan naik bertahap menjadi 7,5% mulai 1 Juli 2022, dan 9% mulai 1 September 2022.
"Kami memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan pada semester satu tahun ini. Kenaikan suku bunga acuan akan sangat tergantung pada kondisi inflasi pada semester kedua mendatang," tutu Faisal, dalam Macro Brief tanggal 16 Juni 2022.
Bank Mandiri memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan maksimal 75% pada tahun ini sehingga BI-7DRR akan ada di 4,25% pada akhir tahun. Melandainya inflasi inti juga menjadi alasan bagi BI untuk menunda kenaikan suku bunga acuan. Inflasi inti Indonesia tercatat 2,58%(yoy) pada Mei tahun ini, turun dibandingkan April (2,60%).
"Inflasi inti melandai. Ini menjadi kabar yang menenangkan mengingat BI selalu menekankan bahwa laju inflasi inti akan menentukan kebijakan mereka," tutur ekonom OCBC Wellian Wiranto dalam laporannya Expensive Everyday.
Namun, Wellian mengatakan pergerakan inflasi masih jauh dari kata aman. Kenaikan harga bahan pangan serta harga energi bisa meningkatkan inflasi. "Kami memperkirakan BI tidak akan menaikkan bunga acuan pada Juni. Kenaikan mungkin terjadi setelah bulan tersebut," paparnya.
Senada, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana juga memperkirakan BI tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya, suku bunga acuan BI kemungkinan akan naik paling cepat pada kuartal III tahun. Pasalnya, pada kuartal III kemungkinan surplus neraca perdagangan mengecil sementara inflasi inti naik sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)