Bursa Asia Dibuka Cerah, Sudah Antisipasi Suku Bunga Fed?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Kamis, 16/06/2022 08:55 WIB
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung cerah pada perdagangan Kamis (16/6/2022), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu kemarin waktu AS.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melonjak 1,42%, Hang Seng Hong Kong melesat 1,08%, Shanghai Composite China naik 0,1%, Straits Times Singapura melompat 1,24%, ASX 200 Australia menguat 0,24%, dan KOSPI Korea Selatan terdongkrak 1,4%.

Di Jepang, saham produsen elektronik Sony melonjak 2,4%, saham konglomerat Softbank Group melesat 1,45%, dan saham produsen kendaraan Toyota melompat 4%.


Setelah beberapa hari bursa Asia-Pasifik mengalami koreksi yang cukup parah, pada hari ini bursa saham Benua Kuning dan Benua Hijau mulai bangkit.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah terjadi di tengah pulih dan bergairahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Rabu kemarin waktu setempat, meski suku bunga acuan terbaru dari bank sentral AS lebih tinggi sejak 1994.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1% ke 30.668,529, S&P 500 melonjak 1,46% ke 3.789,99, dan Nasdaq melejit 2,5% ke 11.099,16.

Saham Boeing dan beberapa saham yang terhubung dengan pertumbuhan ekonomi, melesat seiring meningkatnya harapan bahwa kenaikan suku bunga acuan dapat terjadi tanpa membawa ekonomi ke jurang resesi. Saham Boeing terbang 9,5% dan saham perbankan juga naik.

Saham emiten teknologi, yang telah terpukul karena indeks S&P 500 berada di bear market (zona penurunan) bulan ini, menjadi pemimpin kebangkitan di mana saham Amazon dan Tesla melesat yang masing-masing lebih dari 5%. Saham Netflix juga naik 7,5%.

Sentimen pasar masih diwarnai oleh rapat komite pengambil kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang digelar pekan ini, di mana The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 1,75%.

Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus yang memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 0,5%. Kenaikan suku bunga The Fed yang sebesar 75 bp dalam sekali rapat kali terakhir terjadi pada 1994.

The Fed di bulan depan juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50-75 basis poin, dan di akhir tahun akan berada di kisaran 3,25-3,5%.

Di lain sisi, The Fed juga memangkas proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada tahun ini ke 1,7% dari 2,8% prediksinya di Maret lalu. Sementara itu, proyeksi inflasi naik ke 5,2% tahun ini dari 4,3%, tapi The Fed memprediksikan inflasi akan melandai di 2023.

Langkah the Fed untuk menaikkan suku bunganya lebih cepat membuat bursa saham di Wall Street reli karena memberikan investor keyakinan bahwa The Fed sungguh-sungguh berkomitmen untuk menjinakkan inflasi dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Sehingga, keputusan The Fed untuk agresif menaikkan suku bunga demi meredam inflasi disambut baik pelaku pasar.

Hal ini juga dapat dilihat dari Indeks ketakutan (VIX) yang mengalami penurunan drastis sebesar 3 poin ke 29,6. Penurunan indeks ketakutan tersebut menunjukkan sentimen pelaku pasar yang semakin membaik.

Kenaikan suku bunga akan menurunkan jumlah uang beredar. Ini akan mengerem laju inflasi, karena pada dasarnya inflasi adalah penurunan nilai uang terhadap barang dan jasa. Saat jumlah uang beredar turun, diharapkan nilainya kembali naik.

Selain itu, kenaikan suku bunga juga akan menurunkan permintaan karena biaya ekspansi ekonomi menjadi lebih mahal. Saat permintaan turun, maka tekanan kenaikan harga akan berkurang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel