BRMS-BBHI Jadi yang Paling Cuan, INDY-BIMA Paling Boncos
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (15/6/2022) kemarin, karena investor masih merespons sentimen negatif yang tengah menghantui pelaku pasar pasca rilis inflasi Amerika Serikat (AS).
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,61% ke posisi 7.007,05. Meski kembali terkoreksi, tetapi IHSG masih mampu bertahan di zona psikologis 7.000 kemarin.
Pada perdagangan kemarin, IHSG sempat menguat di awal perdagangan sesi I. Tetapi selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG langsung drop ke zona merah hingga perdagangan berakhir.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 16 triliun dengan melibatkan 31 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 153 saham terapresiasi, 391 saham terdepresiasi, dan 137 saham stagnan.
Sejalan dengan IHSG yang kembali terkoreksi, investor asing juga kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 791,19 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.
Di tengah kembali terkoreksinya IHSG kemarin, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Rabu kemarin.
Saham emiten pertambangan emas Grup Bakrie yang juga sekaligus menjadi anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) masih bertengger di jajaran top gainers kemarin.
Saham BRMS ditutup melejit 16,67% ke harga Rp 280/saham pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi saham BRMS pada perdagangan Rabu kemarin terbilang 'jumbo' yakni mencapai Rp 1,18 triliun dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 4,41 miliar lembar saham.
Saham BRMS masih menjadi incaran investor asing hingga kemarin, di mana asing melakukan net buy di saham BRMS hingga mencapai Rp 285,95 miliar di pasar reguler.
Bahkan, net buy asing di BRMS melampaui net buy asing di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menempati urutan kedua terbesar, yakni sebesar Rp 65 miliar. Sedangkan di tempat ketiga ada saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang mencatat net buy Rp 36 miliar.
Melesatnya harga saham BRMS sudah terjadi sejak perdagangan Selasa lalu, di mana hal ini terjadi menyusul diisukannya aksi korporasi berupa penjualan saham BRMS dari pemegang saham lama yaitu Grup Bakrie ke Grup Salim.
Grup Salim diduga melalui Emirates Tarian Global Ventures per tanggal 18 Januari 2022, Salim menggenggam 24,55% saham BRMS.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Emirates Tarian aktif membeli saham BRMS sejak Desember 2021, yakni sebanyak 4,78 miliar sehingga total kepemilikannya menjadi 23,04%.
Kemudian, secara perlahan Emirates Tarian menambah kepemilikannya di BRMS hingga menjadi 34,8 miliar saham atau 24,55% dari total saham BRMS.
Dengan demikian, Grup Salim menjadi pemegang saham mayoritas emiten di bidang eksplorasi dan pengembangan pertambangan sumber daya mineral tersebut.
Selain saham BRMS, terdapat pula saham emiten bank digital milik CT Corp yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang masuk ke jajaran top gainers Rabu kemarin.
Saham BBHI ditutup melesat 15,62% ke posisi harga Rp 3.700/saham. Nilai transaksi saham BBHI pada perdagangan kemarin mencapai Rp 75,63 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 20,63 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham BBHI sebesar Rp 5,94 miliar di seluruh pasar kemarin.
Dari kinerja keuangannya pada kuartal I-2022, BBHI mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 252% menjadi Rp 80,84 miliar, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 22,94 miliar.
Tak hanya pendapatan bunga bersih yang mengalami kenaikan yang signifikan, laba bersih BBHI pada kuartal I-2022 juga melonjak hingga 747% menjadi Rp 75 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp 8,86 miliar di kuartal I-2021.
(chd)