Bursa Asia Kebakaran! Cuma Hang Seng-Shanghai yang Selamat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 June 2022 17:00
A woman walks by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Monday, Dec. 2, 2019. Asian stock markets have risen after Chinese factory activity improved ahead of a possible U.S. tariff hike on Chinese imports. Benchmarks in Shanghai, Tokyo and Hong Kong advanced. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Rabu (15/6/2022), di mana investor cenderung wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter terbaru bank sentral Amerika Serikat (AS).

Indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China ditutup menghijau setelah dirilisnya serangkaian data ekonomi pada Mei lalu. Hang Seng memimpin penguatan yakni ditutup melesat 1,14% ke posisi 21.308,211. Sedangkan Shanghai ditutup menguat 0,5% ke 3.305,41.

Sementara itu bursa saham Benua Kuning dan Benua Hijau lainnya ditutup kembali terkoreksi. Indeks KOSPI Korea Selatan, Nikkei Jepang, dan ASX 200 Australia masih mengalami koreksi cukup parah yakni lebih dari 1%.

KOSPI ditutup ambles 1,83% ke 2.447,38, ASX 200 ambrol 1,27% ke 6.601, dan Nikkei tergelincir 1,14% ke posisi 26.326,16.

Sementara untuk indeks Straits Times Singapura ditutup turun 0,1% ke 3.105,85 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,61% ke posisi 7.007,05.

Saham Prada yang terdaftar di bursa Hong Kong, ambles 1,5%, setelah survei Oliver Wyman menunjukkan merek-merek mewah memangkas ekspektasi untuk bisnis China mereka pada tahun ini setelah adanya penguncian Covid-19 terbaru di China.

Dari China, data output industri naik 0,7% pada Mei 2022 secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu yang mencatatkan penurunan sebesar 2,9%. Angka tersebut juga lebih baik dari ekspektasi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan penurunan 0,7%.

Namun dari data penjualan ritel China pada Mei lalu dilaporkan turun 6,7% (yoy). Meski mengalami penurunan, tetapi angkanya juga masih lebih baik dari ekspektasi pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 7,1%.

"Saya pikir data ini benar-benar memperkuat pandangan bahwa mungkin kita sudah berada di puncak pesimisme pertumbuhan ekonomi di China," kata Johanna Chua, kepala ekonomi dan strategi di Citi Global Markets Asia, dikutip dari CNBC International.

Investor cenderung wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter terbaru bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan diumumkan pada siang hari ini waktu AS atau Kamis dini hari nanti waktu Indonesia.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) diprediksikan akan mengambil tindakan yang agresif setelah inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS per Mei 2022 melonjak hingga menyentuh 8,6% secara tahunan (yoy) dan menjadi yang tertinggi sejak 1981.

Investor tadinya mengharapkan kenaikan sekitar 50 basis poin (bp) pada suku bunga acuan, tetapi, dengan melihat IHK per Mei yang kian panas membuat investor menaikkan prediksinya.

Para pelaku pasar bertaruh dengan peluang 95% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) dan menjadi yang tertinggi sejak 1994, jika mengacu pada alat FedWatch.

Menjelang pengumuman kebijakan moneter The Fed terbaru, kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS naik sedikit di pra-pembukaan perdagangan, karena investor masih cenderung cemas dengan semakin agresifnya The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular